Mohon tunggu...
Remo Andiko
Remo Andiko Mohon Tunggu... Mahasiswa - Aktif

Saya remo andiko mahasiswa universitas mercubuana yogyakarta jurusan ilmu komunikasi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Mengenal Begawi: Tradisi Upacara Adat Khas Suku Lampung

20 Oktober 2021   20:48 Diperbarui: 20 Oktober 2021   22:52 6310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sekali pulau dan Indonesia terbentang dari sabang hingga merauke. Senrta di setiap pulau terdapat banyak sekali suku didalamnya dan disetiap suku terdapat tradisi khas suku mereka yang beranekaragam,beberapa memiliki nama yang berbeda untuk tradisi adat khas setiap suku tetapi pelaksanaanya hampir sama.

Contohnya didalam budaya Indonesia terlihat banyaknya budaya adat pernikahan. Setiap suku atau daerah memiliki beranekaragam nama dan memiliki tatacara adat istiadat untuk melangsungkan pernikahan. Setiap budaya adat pernikahan mengiringi terjalinnya ikatan sakral sepasang pengantin.

Di daerah lampung, terdapat salah satu tradisi adat bagi pasangan pengantin yang sedang melangsungkan pernikahan. Adat tersebut dikenal dengan nama begawi adat khas lampung. 

Begawi merupakan tradisi upacara pernikahan adat warga lampung dengan maksud memberikan suatu gelar adat kepada pengantin. Begawi biasa dilakukan oleh kelompok masyarakat adat pepadun. Istilah pepadun berasal dari nama perangkat yang selalu digunakan dalam begawi, secara bahasa begawi memiliki arti “ membuat gawi “ atau suatu pekerjaan. pepadun diambil dari alat yang selalu digunakan dalam begawi yaitu singgasana yang terbuat dari kayu menyimbolkan status sosial dalam keluarga. Di singgasana lah tempat dimana gelar adat diberikan kepada pengantin. 

Tujuan dari pelaksanaan begawi untuk memberikan gelar kepada seseorang. Statusnya akan naik jika diadakannya begawi tersebut, didalam adat khas lampung pepadun memiliki urutan gelar yaitu suttan, pangeran, rajo,ratu, batin. Begawi mengangkat seseorang menjadi penyimbang, penyimbang tersebut adalah kedudukan adat tertinggi yang di pegang oleh seorang anak laki-laki dari keturunan tertua. Orang yang mendapat gelar penyimbang memiliki wewenang untuk menentukan suatu keputusan, adat istiadat begawi ini menegaskan bahwa sistem kekerabatan masyarakat lampung pepadun bersifat patrilineal.

Tahap pelaksanaan adat begawi khas lampung biasanya dilakukan selama 7 hari 7 malam,sepanjang itu diisi dengan kegiatan tertentu yang sudah di tentukan oleh tetua adat lampung pepadun. Sebelum dilaksanakannya acara begawi cakak pepadun, akan dilakukan beberapa kegiatan salah satunya yaitu pernikahan. 

Dilakukannya ngakuk muli atau yang disebut dengan lamaran sebagai langkah awal kemudian dilanjutkannya pepung marga atau sidang marga untuk menentukannya segala hal yang terkait dengan pelaksanaan begawi nanti agar berjalan dengan lancar. Kemudian pihak pengantin wanita akan di jemput menggunakan khatow atau kereta kencana khas lampung dari rumah nya menuju ke rumah pihak pria, setelah sampai disana mempelai pria berjalan mengelilingi khatow yang di dalamnya masih ada mempelai wanita.

Setelah itu akan ada tari-tarian khas lampung dan ritual turun diway atau ritual mencuci kedua kaki. Dalam rangkaian tersebut, lalu dilakukannya merwatin atau musyawarah adat kemudian ada juga penyerahan uang sidang yang diletakan pada sigeh atau tempat sirih. Lalu diadakannya juga pemotongan kerbau.

Dilaksanakannya turun diway ditandai dengan pemukulan canang ( semacam gamelan khas lampung ). Pengantin pria dan pengantin wanita akan mendapatkan sebuah gelar. Kemudian keduanya menggunakan pakaian seperti raja dan ratu sambil membawa tombak yang di gantung di sebuah kendi dengan diiringi lebou kelamou ( paman mempelai ), menulung ( kakak mempelai),dan penyimbang.

Kemudian dilanjutkannya dengan musek. Musek adalah acara yang berisi pemberian makanan oleh batang pangkal, lebou kelamou ( paman mempelai ), dan menulung ( kakak mempelai ) serta orang tua mempelai. Setelah itu ada pembagian uang  yang di berikan kepada penyimbang, dan setelah itu canang kembali di tabuh pertanda acara pemberian gelar akan segera dimulai. Setelah pemberian gelar biasanya para penyimbang dan orang tua mempelai akan memberikan bentuk nasihat  dan pantun kepada kedua mempelai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun