Selama bulan Ramadan, kita banyak disibukkan dengan kegiatan yang melibatkan plastik, kemasan, dan wadah penyimpanan. Katakan saja membuat stok lauk berhari-hari, belanja lebih banyak setiap minggu, membagikan takjil, sahur on the road, buka puasa bersama, dan lain-lain.Â
Namun tidak jarang kita juga tanpa sadar menghasilkan sampah yang cukup banyak. Mulai dari kemasan makanan, sisa makanan, hingga penggunaan plastik sekali pakai, semuanya bisa berdampak pada lingkungan. Kabar baiknya, ada banyak cara sederhana yang bisa kita terapkan untuk mengurangi sampah dan menjalani Ramadan dengan lebih ramah lingkungan, tanpa mengurangi makna dan kebahagiaan bulan suci ini.
Salah satu hal pertama yang bisa kita lakukan adalah dengan lebih bijak dalam membeli bahan makanan. Terkadang, saat berbelanja untuk persiapan buka puasa atau sahur, kita cenderung membeli lebih dari yang sebenarnya kita butuhkan. Hal ini tidak hanya berpotensi menyebabkan pemborosan makanan, tetapi juga menghasilkan sampah kemasan yang cukup banyak. Dengan merencanakan menu dengan lebih matang, kita bisa mengurangi kemungkinan pembelian bahan makanan yang berlebihan dan memastikan bahwa semua yang kita beli bisa dimanfaatkan sepenuhnya. Jika ada sisa makanan yang tidak terpakai, coba untuk mengolahnya menjadi masakan baru atau, jika masih layak konsumsi, sumbangkan ke yang membutuhkan. Ramadan adalah waktu yang tepat untuk berbagi, dan ini adalah salah satu cara kita bisa memberikan manfaat bagi orang lain.
Selain itu, ada baiknya juga untuk beralih ke penggunaan alat makan yang bisa digunakan berulang kali. Menggunakan piring dan gelas dari bahan yang ramah lingkungan tentu lebih baik daripada sekali pakai, yang sering kali berakhir di tempat sampah. Hal ini juga berlaku untuk tempat minum atau wadah makanan ketika kita membeli takjil atau makanan berbuka. Daripada menggunakan kemasan plastik yang hanya akan terbuang setelah sekali pakai, bawa wadah sendiri agar bisa lebih mengurangi sampah. Banyak pedagang takjil yang sudah mulai menerima penggunaan wadah dari pelanggan, dan ini adalah peluang bagi kita untuk berkontribusi dalam mengurangi plastik sekali pakai.
Selain mengurangi sampah dari kemasan, kita juga bisa lebih bijak dalam memilih jenis makanan yang akan kita konsumsi. Mengonsumsi makanan lokal dan musiman, misalnya, tidak hanya lebih sehat, tetapi juga dapat mengurangi jejak karbon karena produk tersebut tidak memerlukan perjalanan jauh yang dapat mempengaruhi lingkungan. Dengan memilih makanan yang tersedia di sekitar kita, kita juga mendukung petani lokal dan memperkuat ekonomi daerah.
Pada saat beribadah, kita juga bisa melakukan hal-hal kecil yang berdampak besar bagi lingkungan. Misalnya, saat berwudhu, pastikan kita menggunakan air secukupnya. Banyak orang tidak sadar bahwa pemborosan air bisa terjadi hanya dengan sedikit ketidaksadaran. Begitu pula saat menggunakan listrik untuk kegiatan rumah tangga atau beribadah, pastikan untuk mematikan lampu atau peralatan elektronik yang tidak digunakan, serta beralih ke lampu hemat energi jika memungkinkan. Tindakan kecil ini bukan hanya menghemat biaya rumah tangga, tetapi juga mengurangi konsumsi energi secara keseluruhan.
Dengan langkah-langkah ini, kita bisa menjadikan Ramadan sebagai waktu untuk beribadah dengan cara yang lebih sadar lingkungan. Mengurangi sampah, menghemat energi, dan memilih makanan dengan bijak bukan hanya memberikan dampak positif bagi bumi, tetapi juga mendekatkan kita pada nilai-nilai Ramadan yang sesungguhnya: kesederhanaan, rasa syukur, dan kepedulian terhadap sesama. Jadi, mari kita jadikan Ramadan tahun ini tidak hanya sebagai waktu untuk memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan, tetapi juga untuk memperbaiki hubungan kita dengan lingkungan sekitar.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI