Mohon tunggu...
Reis Rivaldo R
Reis Rivaldo R Mohon Tunggu... Freelancer - MIND SHAPES YOU AND WORDS REPRESENT YOU

Mhs. Hubungan Internasional ak. 2017. Membuka diri untuk menerima kritik, masukan, dan arahan dari teman-teman pegiat literasi, akademisi, aktivis, kaum rebahan, personil militer aktif, seniman, influencer, dan pemangku kebijakan. Berniat untuk berbagi ilmu dan bertukar pikiran ? @reisaldo.r

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Korespondensi Nabi Muhammad SAW kepada Pemimpin non-Islam sebagai Bentuk Diplomasi

29 Oktober 2019   13:46 Diperbarui: 29 Oktober 2019   13:56 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Tersebarnya Islam keluar dari tanah Arab menandakan bahwa Nabi Muhammad SAW beserta para sahabatnya telah berusaha maksimal untuk mensyiarkan islam. Dalam artian, agama islam telah menembus batas-batas negara, melewati jarak ribuan mil dari tanah Arab sendiri, melalui perantara-perantaraNya yang tulus mengabdikan diri kepada agama.

Bukan merupakan urusan mudah untuk menyebarkan agama kepada orang yang secara latar belakang dan kultural berbeda, ditambah orang yang menjadi objek seruan kepada Islam ini adalah orang yang sebelumnya belum pernah mendapat sentuhan ajakan memeluk Islam.

Sebagian orang yang keliru dalam memandang Islam, mengetahui bahwa panji islam masuk ke tempat taklukan baru dengan cara kekerasan seperti invasi, menyerang menggunakan pedang dan tidak segan membunuh segala upaya perlawanan dari penduduk setempat.

Walaupun pada dasarnya orang-orang Arab zaman terdahulu dikenal dengan bangsa yang berkabilah (berkelompok), yakni antara satu kelompok suku yang satu berkonflik dengan suku yang untuk memperebutkan wilayah subur, mata air, dan pengaruh bukan berarti untuk memperluas ajaran Islam para sahabat dan Nabi juga menggunakan jalan konflik untuk mencapai kepentingan tersebut.

Banyak orang belum mengetahui, bahwa Nabi Muhammad SAW yang kala itu juga berperan sebagai kepala negara membuka jalan komunikasi baru kepada raja-raja besar; Romawi dan Persia beserta raja-raja lainnya agar mereka dengan senang hati berpindah keyakinan kepada Islam.

Aktivitas diplomasi ini, yakni hubungan antar kepala negara pada saat itu berlangsung pada tahun ke-6 Hijriah, tepatnya sepulang dari Hudaibiyyah. Kala itu, kerajaan-kerajaan kecil memang juga berkomunikasi kepada dua kerajaan besar tadi untuk meminta permohonan kerjasama atau mengajukan diri sebagai aliansi agar tidak diserang di kemudian hari.

Namun, Rasulullah tidak ingin meminta kongsi atau memohon keamanan dari para raja agung, beliau malah berani mengajak mereka untuk memeluk agama Islam, agama yang menjadi penyempurna agama-agama sebelumnya.

bersambung........

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun