Mohon tunggu...
Regina Putri
Regina Putri Mohon Tunggu... Lainnya - pelajar

-

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Mengganjalnya Ketidakjujuran

10 Desember 2020   05:06 Diperbarui: 10 Desember 2020   05:20 48
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sore ini, aku duduk termenung di depan meja belajarku, Jam yang melekat di dinding kamar menunjukkan pukul 4. Aku akan belajar dengan keras sore ini, mungkin karena seminggu lagi Ujian Nasional akan dilaksanakan. Aku mengambil pensil dan penghapus dari tempat pensilku lalu mulai menjawab soal-soal yang terdapat di dalam buku yang tergelar di atas meja belajarku.


Dua jam kemudian, aku menghela nafas panjang lalu bersandar pada kursi yang saat ini tengah kududuki. Aku memejamkan mata untuk mengistirahatkan diriku selepas menjawab soal-soal latihan Ujian Nasional. Belajar memang melelahkan, rasanya aku ingin melompati waktu saat Ujian Nasional dilaksanakan sehingga aku langsung dihadapkan pada pengumuman kelulusan. Tapi aku tahu, jika aku belajar sekarang, aku akan bersyukur di masa depan karena tidak menyia-nyiakan waktu. Tidak seperti saat itu, saat aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.

Kala itu, aku masuk sekolah menengah pertama negeri yang paling terkenal di kotaku. Apakah aku senang? Tentu saja! Tetapi kesenangan itu hanya berlangsung sesaat karena setelahnya aku harus banting tulang untuk belajar dikarenakan standar nilai di sekolah tersebut yang sangat tinggi. Aku kewalahan, tidak bisa mengikuti pelajaran yang membuatku memilih pilihan yang salah saat itu.

Pekan itu adalah pekan ulangan. Aku belajar hingga larut malam yang membuatku tidak sengaja tertidur saat berada di ruang ujian. Saat terbangun, aku panik, hanya tersisa waktu 25 menit untuk mengerjakan 40 soal matematika. Aku menoleh ke depan, kosong, pengawas tidak ada di mejanya, sepertinya sedang ke toilet. Lalu aku memalingkan wajah ke seluruh kelas. Kelas ramai, sibuk bertukar jawaban dengan santai karena tidak adanya eksistensi pengawas ujian di ruangan kami.

Aku bingung harus melakukan apa, aku sudah bekerja keras untuk belajar demi nilai ujian yang memuaskan. Tetapi sekarang aku dihadapkan pada waktu yang hanya tersisa sedikit. Tidak mungkin aku menjawab 40 soal lagi dengan sisa waktu yang sangat sedikit itu. Temanku sepertinya sadar bahwa aku sedang panik, ia menyodorkan kertas kecil kepadaku. Aku menatapnya, bingung dengan apa yang ia lakukan saat ini.

"Ini jawaban dari nomor 1 sampai dengan 50, tenang, aku sudah belajar kok dan yakin kalau jawabanku benar." Ucapnya santai.

Kami menoleh saat ada bunyi pintu yang dibuka. Dan seketika kelas hening. Kertas kecil itu sudah berada di antara soal ujianku. Lalu tanpa pikir panjang, aku menyalin semua jawaban temanku ke lembar belajar komputer. Butuh waktu yang cukup lama untuk menghitamkan bulatan di lembar jawaban komputer itu, tetapi ternyata aku bisa menyelesaikannya tepat sebelum sebelum bel selesai ujian berbunyi.

Namun, ketidakjujuran yang aku lakukan membuatku panik. Itu bukan jawabanku, bukan hasil dari jerih payahku. Sampai akhirnya pengumuman hasil ujian itu datang juga. Nilaiku sempurna, membuatku semakin tidak tenang. Itu bukan nilaiku. Akhirnya, aku mengetuk pintu ruang guru tempat guru matematikaku berada. Aku menjelaskan semuanya, bahwa itu bukan hasil dari jawabanku. Beruntungnya aku karena beliau sangat baik, beliau mengerti akan apa yang aku jelaskan. Keputusan akhirnya, guruku menyuruhku untuk mengerjakan ulang ulangan harian dengan kode soal yang berbeda. Setelah kejadian itu, aku tidak pernah mengulanginya lagi, aku berusaha sebisa mungkin untuk tetap jujur. Rasanya tidak nyaman, seperti dihantui perasaan bersalah sepanjang waktu.


Tapi aku tidak menyesali kejadian itu, karena tanpa adanya kejadian itu, aku tidak akan pernah belajar dan berubah menjadi lebih baik lagi. Sekarang aku berada di semester akhir sekolah menengah pertama. Ujian Nasional akan diadakan seminggu lagi. Aku sudah mempelajari semua materi yang akan keluar dan minggu terakhir sebelum ujian ini aku manfaatkan untuk mengisi dan mengerjakan ulang soal-soal latihan Ujian Nasional.

Ternyata kejujuran memang mudah diucapkan namun terkadang sangat sulit untuk diterapkan. Akan tetapi ada banyak sekali manfaat yang dapat kita peroleh dari berbuat jujur. Kejujuran membuat hati tenang, sehingga semua hal pun dapat terselesaikan dengan begitu mudah.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun