Mohon tunggu...
Regina Phasya Millenia
Regina Phasya Millenia Mohon Tunggu... Lainnya - Jakartans outskirt✨️

writing is a way of talking without being interrupted.

Selanjutnya

Tutup

Nature

"No Excuses for A Single Use" Pedoman untuk Mengurangi Konsumsi Plastik

6 Juli 2021   19:43 Diperbarui: 6 Juli 2021   20:13 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
No Excuses for a Single Use Cover Illustration. Koleksi pribadi

Sampah merupakan suatu bahan yang sudah dibuang maupun terbuang dari hasil aktivitas yang dilakukan manusia maupun alam. Kebanyakan produk tidak didesain untuk dapat didaur ulang ketika sudah tidak terpakai kembali. Hal ini menimbulkan suatu hambatan, yakni hambatan daur ulang.

Ketika berbicara mengenai persoalan sampah, maka kehadiran plastik dapat disebut sebagai salah satu material dengan kaitan erat terhadap permasalahan tersebut. Sampah plastik selalu menjadi sorotan utama dalam pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah ataupun laut. Mulai dari sampah sembarangan hingga pemakaian plastik yang telah mencapai ambang darurat, dengan sifat yang tidak mudah terurai, proses pengolahannya menimbulkan toksit dan karsinogenik serta membutuhkan waktu sampai ratusan tahun apabila dibiarkan terurai secara alami, membuat sampah sebagai masalah klasik di Indonesia.

Menurut data The National Plastic Action Partnership (NPAP) Indonesia, sekitar 6,8 juta ton sampah plastik dihasilkan pertahun dengan total 61% tidak terkelola. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga menuliskan bahwa di tahun 2019 sampah di Indonesia mencapai 68 juta ton, sedangkan sampah plastik diperkirakan mencapai 9, 52 ton. Tuti Hendrawati Mintarsih, Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya Beracun, Kemen LHK, mengungkapkan produksi sampah terus meningkat di setiap tahunnya, dengan rata-rata kenaikan mencapai 1 juta ton. WEF (World Economic Forum) juga memprediksikan pada 2050 mendatang, jumlah plastik di lautan akan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah ikan sebab jumlah produksi plastik secara global meningkat tiga kali lipat menjadi 1,124 miliar ton.

Sebenarnya ada banyak sekali cara untuk mengurangi sampah plastik di Indonesia. Sebuah langkah kecil dapat dimulai dari diri sendiri, seperti membawa tas belanja dan mengganti penggunaan sedotan plastik serta bahan bermaterial plastik yang hanya dapat digunakan sekali pakai lainnya. Lalu mulai memperhatikan keadaan lingkungan disekitar kita. Misalnya, mengikuti gerakan kampanye seperti Zero Plastic Waste hingga beragam upaya lain untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengelola sampah secara bijak melalui dorongan eco living beserta gaya hidup minim sampah.

Beberapa upaya diatas telah banyak dilakukan oleh kalangan milenial seperti diet kantong plastik atau mengurangi pemakaian barang sekali pakai yang sedang ramai dikampanyekan oleh pemerintah. Kampanye cinta lingkungan turut digaungkan oleh para komunitas pecinta lingkungan, selebritas dan para influencer, dengan memperkenalkan sedotan berbahan dasar stainless steel, bambu, hingga kaca. Sedotan ini dianggap dapat mengurangi penggunaan plastik sebab dapat digunakan secara berulang dengan cara dicuci. Dari ketiga bahan yang disebutkan, sedotan berbahan dasar stainless steel paling layak dipakai karena bahan tersebut tidak pecah, berkarat ataupun lapuk.

Dibalik berbagai gerakan peduli lingkungan, tentunya terdapat para tokoh yang turut andil dalam kesuksesan masing-masing kegiatan dan secara persuasif mengajak masyarakat untuk sadar akan bahaya pemakaian kantong plastik secara berlebihan. Tokoh-tokoh tersebut diantaranya ialahh Nadine Chandrawinata dengan komunitas Seasoldier yang berfokus pada kampanye ekosistem laut dari berbagai macam perusakan dan sebagainya.

Ketika Nadine diwawancarai oleh Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI), ia mengaku bahwa kegemarannya dalam menyelami laut mengantarkannya pada virus kepedulian terhadap lingkungan lewat Seasoldier. Sebagai seorang 'penyelamat' yang kerap menengok kedalaman laut, Nadine melihat kondisi terkini lautan yang sangat tercemar terutama oleh sampah plastik. Terlepas dari itu semua, kesadaran serta partisipasi masyarakat sangat berpengaruh terhadap efektivitas maupun keberhasilan dari upaya-upaya yang dilakukan. Ketika diwawancarai, Marselina (43), seorang guru sekaligus ibu rumah tangga menyampaikan bahwa menghilangkan penggunaan plastik secara 100% belum bisa dilakukan. Menurutnya plastik masih diperlukan dibeberapa tempat seperti pasar tradisional maupun penjual makanan pinggir jalan (kaki lima).

"Ketika berbelanja di pasar tradisional, ada beberapa barang yang masih membutuhkan penggunaan kantong plastik, seperti ketika berbelanja ikan, daging, ayam dan sebagainya. Lalu saat kita membeli makan makanan di pinggir jalan, seperti warteg, gorengan dan lain-lain, pasti masih menggunakan kemasan plastik (walaupun bungkusannya menggunakan kertas). Wadah ketika membuang sampah masih membutuhkan kantong plastik sebab penggunaan kertas tidak dapat bertahan lama (untuk sampah basah dan sisa makanan). Tidak mungkin menggunakan paper bag atau kertas sebab akan tembus".

"Akan tetapi, minimal kita sudah mengurangi penggunaan plastik-plastik untuk berbelanja. Begitu pula saat hujan, kita masih menggunakan plastik untuk melindungi tubuh atau barang-barang. Jadi tetap harus menggunakan plastik sebab bahan tersebut kedap air. Plastik juga lebih praktis untuk digunakan sebagai kemasan makanan tertentu, seperti permen, snack dan jenis makanan ringan lainnya. Saya rasa akan sulit ketika bungkusan tersebut digantikan oleh bahan lain (misal bahan kertas)", tambahnya.

Selain hal diatas, Marselina juga membawa berbagai macam wadah makanan, botol minum yang dapat diisi ulang (tumbler) serta tidak menggunakan sedotan untuk mengurangi penggunaan plastik yang berpotensi tinggi menjadi sampah. Ia juga menerapkan hal yang sama kepada keluarganya serta membaakan tote bag kecil untuk menaruh berbagai barang ataupun untuk berjaga-jaga ketika berbelanja secara tak terduga. Ketika membawa makanan berkuah dibawakan pula wadah plastik kecil seperti Tupperware.

SUMBER:

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun