Mohon tunggu...
REDEMPTUS UKAT
REDEMPTUS UKAT Mohon Tunggu... Lainnya - Relawan Literasi

Lakukanlah segala pekerjaanmu di dalam kasih (1kor. 16:14)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Maraknya Penistaan Agama, Pemuda Peacemaker Berjuang dari Batas

21 September 2021   21:56 Diperbarui: 21 September 2021   22:27 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mereka percaya bahwa Indonesia yang maju hanya bisa dicapai apabila bangsa Indonesia bisa menerima perbedaan sebagai kekayaan dan mau hidup dalam damai di atas perbedaan -- perbedaan. Karena itu mereka mengusung misi "Damai di Batas untuk Indonesia Maju".

Mengapa Pemuda KOMPAS perlu tampil dari batas negara? Hal ini karena mereka sadar bahwa perbatasan adalah wajah negara Indonesia. Apa yang  dilihat bangsa lain di batas negara Indonesia, itu menjadi gambaran bangsa Indonesia secara keseluruhan. Atas dasar itu, sebagai pemuda yang cinta pada NKRI mereka mengambil tanggung jawab untuk menjaga wajah Indonesia agar tidak tercoreng oleh konflik -- konflik berbau SARA.

Selama ini banyak upaya telah mereka lakukan untuk mewujudkan komitmen bersama seluruh elemen masyarakat tentang sikap saling menghargai, menghormati dan menerima perbedaan dalam keberagaman. 

Upaya -- upaya itu di antaranya membuka jejaring dengan berbagai Civil Society Organization (CSO) yang ada di Kabupaten Belu, menginisiasi lahirnya pemuda -- pemuda keberagaman di dua kelurahan di dalam kota Atambua, mengadvokasi pembangunan rumah -- rumah ibadat yang dihambat oleh pemerintah maupun masyarakat, menggelar pentas seni budaya dan ikut merayakan hari -- hari besar agama. 

Namun itu dirasakan kurang cukup, apalagi di era perkembangan teknologi digital ini di mana kasus -- kasus penistaan agama justru ditemukan di media -- media sosial seperti youtube, facebook, instagram, whatsapp, telegram dan lain  sebagainya.

Karena itu pada tahun 2021, selain terus mengoptimalkan kerja -- kerja sebelumnya, pemuda KOMPAS juga berkolaborasi dengan komunitas -- komunitas pemuda kreatif, para influencer lokal seperti Kodjek Atambua dan Toto Lari dan para jurnalis untuk memaksimalkan kampanye -- kampanye keberagaman melalui media di berbagai platform baik itu media sosial, media online maupun media konvensional. Sebab saat ini di berbagai media khususnya di media sosial bertebaran hoax, ujaran kebencian yang berbau SARA, penistaan agama dan termasuk propaganda -- propaganda yang berusaha merongrong keutuhan negara Indonesia. 

Contoh paling nyata apa yang dilakukan oleh Yahya Waloni dan Muhammad Kece di mana mereka memanfaatkan Youtube sebagai media untuk merendahkan agama orang lain dengan dalil -- dalil yang tidak bisa dipertanggungjawabkan.

Hal -- hal ini hanya bisa dilawan apabila kita mampu memenangkan narasi yang ada di media sosial dengan pesan -- pesan damai, nilai -- nilai  4 pilar kebangsaan, penghargaan terhadap HAM dan kampanye -- kampanye keberagaman. Tetapi tidak bisa menang jika yang bekerja hanya segelintir pemuda saja. Perang terhadap hoax, penistaan agama dan propaganda -- propaganda yang berusaha merongrong keutuhan negara harus dilakukan secara masif dan terus menerus serta secara bersama -- sama. 

Apa yang dilakukan oleh Pemuda KOMPAS, sebenarnya hanyalah salah satu cara yang bisa dilakukan oleh masyarakat di Indonesia dalam upaya mengkampanyekan keberagaman dan perdamaian. Banyak cara bisa dilakukan yang penting setiap orang yang hidup di Negara ini sadar akan peran dan tanggung jawabnya. 

Sebagai pemuda harus buat apa, sebagai pejabat harus buat apa dan sebagai masyarakat biasa harus buat apa. Jika tiap -- tiap orang sudah sadar akan hal itu maka sudah tentu ancaman -- ancaman yang berkaitan dengan keberagaman tidak akan membahayakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun