Mohon tunggu...
REDEMPTUS UKAT
REDEMPTUS UKAT Mohon Tunggu... Lainnya - Relawan Literasi

Lakukanlah segala pekerjaanmu di dalam kasih (1kor. 16:14)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Buku di Tengah Geliat Internet, Masihkah Penting?

24 April 2021   17:07 Diperbarui: 24 April 2021   17:10 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak - anak TBM Oan Lidak saat mendapatkan donasi buku dari Komunitas Buku Bagi NTT (Dok. Pribadi)

Pada tahun 2016 lalu, di salah satu grup facebook saya menulis: "Tak heran jika anak - anak dan remaja tak suka lagi membaca buku, tak suka meneliti dan hanya bangga kalau membeli (belanja) dan mengonsumsi", mengutip apa yang disampaikan oleh A. Zaenurrofi, dalam bukunya yang berjudul China Negara Raksasa Asia: Rahasia Sukses China Menguasai Dunia. Saya kemudian menambahkan pendapat saya tentang fenomena yang terjadi di Belu saat itu. "Ini pun adalah fenomena yang terjadi di Rai Belu, anak - anak dan remaja bahkan pemuda memiliki minat baca buku yang rendah. Rata - rata mereka membaca buku hanya untuk mengerjakan tugas sekolah, selain itu waktu mereka dihabiskan dengan membaca facebook, bermain game dan hura - hura dengan teman".

Saya berpendapat demikian karena pada saat itu, saya melihat kunjungan anak -- anak ke perpustakaan daerah sangat rendah. Apalagi pemuda dan  orang tua hampir tidak ditemukan di perpustakaan. Dalam sehari kita bisa menghitung dengan jari setiap pengunjung yang datang untuk membaca. Kebanyakan adalah pelajar yang sementara mengerjakan tugas sekolah.

Atas tulisan saya itu seorang netizen menanggapi, katanya: "semua yang tersimpan di perpustakaan ada di internet". Sekonyong -- konyong saya merasa tersindir. Sebab saya memahami maksudnya bahwa tidak penting membaca buku, toh semuanya sudah ada di internet. Terhadap tanggapan itu saya menjawab. "Ya betul, tapi apakah ketika bermain internet mereka membaca? Belum tentu. Kebanyakan anak - anak internet-an untuk bermain game, nonton youtube, facebook dan download film".

Saya mengatakan "betul" saat itu,  karena saya menyadari bahwa internet memang menyajikan segala pengetahuan yang dibutuhkan manusia. Jika buku adalah jendela dunia, internet tidak saja menyediakan jendela untuk melihat dunia, tetapi juga pintu, ventilasi, dan balkon untuk bisa melihat dunia secara lebih jelas. Namun pada saat yang sama saya juga mempertanyakan kegiatan membaca di internet. Karena dalam internet kita tidak saja menemukan platform yang menyuguhkan media untuk membaca tetapi berbagai hal lain yang maha luas. Misalnya media sosial, youtube,  game online, judi online, blog -- blog yang mengandung hoax, situs -- situs porno dan lain sebagainya. Media -- media ini sangat memungkinkan orang tidak membaca di internet. Mereka bisa saja menonton, bermain game online, sibuk mencari pacar atau ber-chatting ria atau bisa juga sedang bermain judi.

Mengapa saya menceritakan pengalaman ini? Hal ini tidak lain karena kita baru saja memperingati hari buku sedunia yang jatuh pada tanggal 23 April 2021 kemarin. Apa yang disampaikan netizen pada saya lima tahun yang lalu itu saya kira sangat relevan untuk dibicarakan sekarang. Pertanyaan yang perlu dijawab adalah pentingkah buku bagi kita ketika segala sesuatu sudah tersaji di Internet?

Saya sendiri masih tetap berpendirian bahwa buku masih penting dan membaca buku memberikan manfaat jauh lebih banyak daripada membaca di internet. Mungkin dengan membaca buku kita hanya mendapatkan satu sudut pandang dari jendela yang kita pakai untuk melihat dunia. Tetapi setiap ilmu yang kita dapat dari buku sudah melalui proses membaca yang berulang -- ulang, proses menyunting yang butuh waktu lama dan ketelitian tingkat tinggi, serta juga melalui riset yang matang. Saat kita membaca lebih dari satu buku kita justru semakin kaya karena kita mendapatkan pengetahuan dari berbagai berbagai sudut pandang yang berbeda yang bisa dipertanggungjawabkan secara ilmilah.

Sedangkan bacaan di internet, kebanyakan adalah sajian yang instan, cenderung mengandung hoax, dan belum tentu dapat dipertanggung jawabkan. Jika hanya membaca saja dari internet tanpa membandingkan dengan buku atau sumber -- sumber yang valid. Kita bisa saja masuk dalam kesesatan berpikir, mudah percaya pada informasi -- informasi hoax serta sikap dan pandangan kita pun cenderung dangkal.

Okey-lah saat ini ada juga e-book yang menyajikan pengetahuan dan informasi kurang lebih sama seperti buku. Namun membaca e -- book tidak senikmat membaca buku. Huruf -- huruf yang kecil pada layar komputer atau handphone cenderung membuat mata perih. Tak hanya itu membaca di internet terlalu banyak godaan yang membuat kita tidak konsentrasi. Godaan itu dapat berupa pesan masuk, iklan, batrei habis, notifikasi media sosial dan lain sebagainya. Jika tidak konsentrasi sudah pasti pesan yang disampaikan penulis tidak akan utuh sampai kepada pembacanya.

Selain saya ternyata banyak orang juga berpendapat seperti saya bahwa buku masih penting di baca di jaman sekarang. Mereka bahkan berpendapat bahwa internet tidak bisa menggantikan posisi buku. Internet mungkin bisa mengganti kehadiran koran atau majalah melalui kehadiran media online dan blog -- blog, tetapi tidak untuk buku. Salah satu yang berpendapat demikian adalah Igbal Aji Daryono.

Dalam artikel-nya yang berjudul Masihkah Perlu Kita Membaca Buku? Ia mengatakan bahwa posisi buku sementara ini tetap tidak bisa dilenyapkan. Hal ini karena terlalu banyak bacaan di era kekuasaan internet yang justru menjauhkan kita dari pengetahuan, kecerdasan, dan kebijaksanaan. Saking gampangnya internet menyebarkan tulisan, bahkan tulisan sampah sebusuk apa pun bisa bertebaran dengan ganasnya.

Atas dasar itu tanggapan netizen kepada saya lima tahun bahwa semua yang ada di perpustakaan ada di internet, mungkin benar. Tetapi hal itu tidak bisa menggantikan posisi buku sebagai bacaan yang mendalam, yang terperinci, yang membahas suatu hal ihwal dalam konstruksi pemahaman yang utuh. Karena itu, membaca buku tetap harus dilihat sebagai fondasi utama kebiasaan membaca yang mampu memberikan pengetahuan, cara berpikir, dan pembentukan karakter seseorang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun