Mohon tunggu...
Ridwan Sefri
Ridwan Sefri Mohon Tunggu... wiraswasta -

Just Simple Thinking

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Akankah Ada Pesta “Lagi” di Kandang Sendiri?

1 Juni 2012   08:20 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:31 760
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1338548042456650428

Indonesia Open Premier Super Series 2012

Akankah ada pesta “lagi” dikandang sendiri?

[caption id="attachment_192030" align="alignnone" width="620" caption="ilustrasi/admin(KOMPAS.com)"][/caption]

Salah satu turnament level tertinggi dalam bulutangkis tak lama lagi akan digelar, yaitu Indonesia Open Premier Super Series. Bagaimana peluang indonesia dalam turnament ini? akankah ada pesta “lagi” dikandang sendiri?

Kegagalan tim thomas dan uber telah membuat keraguan dikalangan pecinta bulutangkis tentang eksistensi prestasi Indonesia di olahraga ini, berbagai kritik dan saran telah disampaikan baik dari para penggemar bulutangkis dan bahkan para mantan pemain yang dulu telah mengharumkan nama bangsa. Inti dari kritikan tersebut adalah tentang prestasi yang menurun, organisasi, regenerasi dan kepelatihan.

Dimana yang salah?

Dulu banyak prestasi bahkan rekor telah dicapai, tapi seolah semua itu kini menjadi hal yang sangat sulit untuk dilakukan lagi, bahkan justru kita sekarang seperti membuat rekor-rekor baru yang memalukan bagi negara sekelas Indonesia di bulutangkis.

Dimulai dari Indonesia open tahun 2009 dimana itu adalah pertama kali Indonesia tak mendapat gelar juara dikandang sendiri, lalu yang baru saja terjadi rekor kita sebagai juara piala thomas 5 kali berturut turut telah disamai oleh china, dan yang paling memalukan adalah ini pertama kali sejak Indonesia mengikuti piala Thomas sejak tahun 1958 baru kali ini kita terhenti dibabak perempat final. Tentunya kita berharap agar penurunan prestasi tersebut segera di cari solusinya untuk mengembalikan lagi kejayaan Indonesia di bulutangkis. Sangat beralasan tentunya jika banyak kekhawatiran bahwa kita akan gagal di olimpiade, dan menghentikan rekor Indonesia yang selalu mendapat emas sejak bulutangkis dipertandingkan di olimpiade, walaupun hal itu tidak kita inginkan.

Kegagalan Indonesia sejalan dengan keruwetan organisasinya, saya sebagai orang awam tentu tidak tahu keruwetan itu seperti apa dan separah apa, tapi melihat dari kritikan yang disampaikan dari berbagi pihak, bahwa ada tumpang tindih dalam hal jabatan dan wewenang dalam PBSI, dimana urusan bidang pembinaan dan prestasi banyak dicampuri oleh pengurus lain yang tidak berwenang.

Sejak era ferry Sonnevil, Rudi Hartono, Lim swie King, Icuk Sugiarto, Alan Budikusuma, Joko Santoso, Hendrawan, hingga Taufik Hidayat sepertinya tongkat estafet prestasi itu terus berjalan, tetapi setelah Taufik Hidayat sepertinya estafet tersebut berhenti dan belum ada lagi pemain yang mencapai level prestasi tertinggi. Apa yang salah dengan regenarasi kita saat ini?, di era sekarang ini China begitu hebat dalam regenarasi atletnya, dimana para pemain senior belum menurun prestasinya tetapi pemain muda yang baru telah muncul dan bersinar, pantaslah jika saat ini kita harus belajar dari China.

Lalu apakah ada yang salah dengan sistem kepelatihan kita?, sekarang kita sudah tertinggal bukan hanya dari China, tapi kita sudah kalah dari jepang dan di sektor putri bahkan sekarang Thailand mungkin lebih unggul. Dulu kita dapat melahirkan pemain-pemain hebat tapi kini sudah sangat sulit. Perlu disadari bahwa kini bulutangkis telah berkembang, banyak ilmu pengetahuan dan tehnologi telah diterapkan dalam pelatihan bulutangkis sehingga beberapa negara yang dulu tak dipandang di level dunia kini telah berkembang prestasinya. Tentu kita harus membuka diri dengan hal tersebut, dengan mengevaluasi apakah sistem pelatihan kita telah tertinggal atau ada yang salah. Tak beralasan tentunya jika kita menutup diri dari perubahan yang ada karena terbukti negara lain telah berkembang pesat, walaupun perlu diakui bahwa banyak ilmu bulutangkis yang disebarkan oleh pelatih asal Indonesia di luar negeri, tetapi negara-negara tersebut telah sukses mengembangkannya.

Tak beralasan jika ada yang menyebut bahwa Indonesia kekurangan bibit pemain bulutangkis, lihatlah di turnament level yunior yang selalu membludak pesertanya, begitu banyaknya club dan pusat pelatihan bulutangkis, banyak anak yang bercita-cita ingin menjadi pemain bulutangkis, dan banyak orang tua yang ingin anaknya menjadi pemain bulutangkis. Semua itu tentunya harus ada pengelolaan dan pengarahan yang tepat, ibarat bibit pohon maka harus selalu dipupuk agar terus tumbuh dan mebuahkan hasil yang sempurna yaitu gelar juara.

Semua masalah itu tentunya menjadi “PR” bagi PBSI, target terbesar yang paling dekat tentunya adalah medali emas olimpiade, kita tentunya tak ingin tradisi emas kita terhenti. Sebagai tolak ukur peluang kita di olimpiade dapat kita lihat dalam hasil turnament Indonesia Open 12-17 Juni ini, jika kita dapat meraih gelar diturnament ini dan kembali menggelar pesta “lagi” di kandang sendiri dengan gelar juara, maka harapan untuk meraih medali emas olimpiade pun menjadi lebih besar.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun