Mohon tunggu...
Rembulan
Rembulan Mohon Tunggu... Teknisi - Blockchain

I am not

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tragedi Angka 4

29 Juni 2014   03:31 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:21 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Awal pertama berada di negara jepang terasa asing budaya mau pun bahasa mereka. Tata tertib dan disiplin kerja bikin pusing dan stres jika tak bisa menyesuaikan keadaan. Beruntung orang jepang dapat memaklumi kami sebagai anak magang yg berasal dari Indonesia. Sedikit-sedikit mereka mengajarkan cara bekerja kepada kami layaknya anak balita yang baru berjalan.
Ada lagi masalah bahasa, mereka di sana sama sekali tak menggunakan bahasa selain jepang. Bahasa internasional inggris pun mereka gagap walaupun banyak kata-kata yg diserap. Ada beberapa orang yang kutemui sedikit bisa dan tidak lebih baik dari saya namun dalam penuturannya tetap gak jelas. Namun begitu negara mereka maju, industri mereka terkenal di seluruh dunia.

Memang, Nasionalisme orang jepang tiada duanya di dunia ini. Orang asing yg mau ke jepang mesti kudu belajar tentang mereka. Dan tidak hanya bahasa yang lain pun musti dipelajari. Buku-buku mengenai budaya dan kehidupan orang jepang sudah banyak yg beredar untuk dibaca supaya tidak kaget seperti yang saya alami di bawah ini.

Ketika tiba dijepang saya dan teman-teman magang dikasih fasilitas apartemen. Lokasi diberi tahu dan kamarnya dicari sendiri. Kebetulan saya dapat kamar nomor 505. Naiklah saya lift menuju kamar, teman yang lain kebagian dikamar paling bawah semua, jadilah saya sendiri yng menuju keatas.

Saya tekan saja lantai 5 sebab udah diberi tahu orang jepang. Langsung saya tekan angka 5 dan lift pun naik keatas, tak berapa lama sampailah saya ke lantai 5. Mulailah ku urut kamar yg kucari, 501, 502, 503 seterusnya gak kuhitung lagi karena logikanya 2 kamar lagi itu adalah kamar saya 505.

Tepat kakiku berada dikamar tersebut ku ambil kunci lalu kubuka. Tapi kuncinya gak bisa masuk ke lubang, kucoba sekali lagi gak masuk, bingung. Kulihat nomor kamar rupanya salah!.ternyata itu kamar 506, loh.. ternyata kamar 505 disebelahnya yang terlewatkan olehku tadi.

Tak begitu kupikirkan hal tersebut saya langsung Masuk kamar 505 tadi beres-beres baju di koper, mandi terus rencananya mau main ke kamar teman-teman di lantai 1. Gak mau repot naik lift. Sebab di sebelah kamar 506 ada tangga saya turun pakai tangga tersebut.

(Agak merinding juga sih) turun 1 tangga kok didapati langsung lantai 3 yg tertera di papan. Loh lantai 4 nya apa terlewatkan olehku?. Perasaan tadi lantai 5 cuma 1 tangga kok langsung lantai 3?. Sesampainya dibawah aku ceritakan hal ini kepada teman-teman, mereka juga gak ngerti, beruntung ada orang jepang yg datang bawa makanan, langsung ku ceritakan hal ini pada dia.

Orang jepang itu tertawa, di bilang di jepang angka 4 itu adalah angka keramat, jrang digunakan. Jadi kalau setiap selesai angka 3 langsung lompat ke angka 5. Dia lalu mengiring kami naik lift sambil nunjukin tidak adanya angka 4 setiap lantai. Dari angka 3 langsung ke 5.

Saya tadi langsung main pencet aja tanpa melihat urutan angka. Orang jepang tadi juga nunjukin setiap kamar yg ngelompati angka 4. Kamar 503 langsung lompat ke kamar 505, begitu pun teman-teman di lantai 1. Tidak ada yang menghuni kamar 104, yang ada kamar 102, 103, 105 dan 106. Pantas saja tak ada angka 4, mereka takut kualat kalau memakainya. Sama seperti di barat yang takut dengan angka 13.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun