Mohon tunggu...
Rokhmin Dahuri Institute
Rokhmin Dahuri Institute Mohon Tunggu... Dosen - Rokhmin Dahuri

Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – IPB; Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI); Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Pusat; Member of International Scientific Advisory Board of Center for Coastal and Ocean Development, University of Bremen, Germany; Honorary Ambassador of Jeju Islands Province and Busan Metropolitan City, Republic of Korea to Indonesia; dan Menteri Kelautan dan Perikanan – RI (2001 – 2004).

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Akuakultur sebagai Lokomotif Ekonomi Indonesia

12 Juli 2021   08:27 Diperbarui: 12 Juli 2021   08:33 1024
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Keuntungan bersihnya rata-rata Rp 45 juta/ha/bulan.  Artinya, jika mulai tahun depan sampai 2024 kita buka usaha 100.000 tambak udang Vaname setiap tahunnya, maka dari udang saja bisa menyumbangkan 2 persen pertumbuhan ekonomi per tahun. Dengan kata lain, pertumbuhan ekonomi sebesar 7% per tahun bagi akuakultur Indonesia adalah sebuah keniscayaan. 

Kesempatan kerja langsung (on farm) yang bisa diciptakan dari 500.000 ha tambak udang itu sekitar 2 juta orang, dan tidak langsung (off farm) sekitar 1,5 juta orang. Padahal, banyak sekali komoditas akuakultur lainnya dengan nilai ekonomi sangat tinggi, seperti udang windu, kerapu, kepiting, lobster, abalone, teripang, kerang mutiara, dan rumput laut.

Lebih dari itu, akuakultur tidak hanya meliputi budidaya ikan, krustasea, dan moluska. Tetapi, juga invertebrata, alga mikro, alga makro (rumput laut), lamun (seagrass), dan mikroba dalam ekosistem perairan.  

Bahkan, dalam dekade terakhir China telah sukses membudidayakan padi di ekosistem laut dengan produktivitas rata-rata 9 ton/ha/tahun (Kentish, 2016).  

Seiring dengan kemajuan teknologi, terutama bioteknologi, nanoteknologi, dan berbagai jenis teknologi generasi Industri 4.0 seperti IoT, AI, Big Data, dan Blockchain. Maka, budidaya jenis tanaman pangan lainnya (jagung, kedelai, dan umbi-umbian) di dalam ekosistem perairan laut bukanlah hal yang mustahil. 

Dengan demikian, akuakultur tidak hanya menghasilkan bahan pangan sumber protein hewani, tetapi juga  bahan pangan sumber karbohidrat dan beragam jenis vitamin serta mineral.  

Di negara-negara maju dan emerging economies lain, berbagai senyawa bioaktif (seperti omega-3, pycocyanin, zeasantin, alginat, dan karagenan) yang diekstraksi dari berbagai biota perairan hasil akuakultur telah dimanfaatkan sebagai bahan baku utama bagi industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, cat, film, bioenergy, dan beragam industri lainnya.  

Potensi total nilai ekonomi industri bioteknologi kelautan diperkirakan mencapai empat kali lipat industri teknologi informasi (Ministry of Maritime and Fisheries Affairs, Republic of Korea, 2003).  

Karena sumber utama dari industri bioteknologi kelautan adalah biota laut, dan Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati laut (marine bidoversity) terbesar di dunia, mestinya Indonesia menjadi produsen dan pengekspor utama beragam produk industri bioteknologi kelautan.  Ironisnya, Indonesia kini sebagai salah satu pengimpor terbesar di dunia berbagai produk industri bioteknologi kelautan termasuk squalence, minyak ikan, gamat, dan viagra. 

Akuakultur juga menghasilkan berbagai jenis perhiasan yang bernilai ekonomi tinggi.  Indonesia dikenal sebagai produsen mutiara laut selatan, dan ikan hias terbesar di dunia.  Di Malaysia, Thailand, China, Jepang, dan Maldive, kegiatan perikanan budidaya juga dikembangkan sebagai destinasi pariwisata (aquaculture-based tourism). 

Selain itu, budidaya algae dan flora lainnya juga bisa menyerap CO2 (carbon sink) yang mencegah terjadinya pemanasan global.  Sejak 2012 IPB berhasil menemukan 4 spesies alga mikro dari laut dengan kandungan hidrokarbon rata-rata 20% dari total berat keringnya, dan menghasilkan biofuel.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun