Mohon tunggu...
Rokhmin Dahuri Institute
Rokhmin Dahuri Institute Mohon Tunggu... Dosen - Rokhmin Dahuri

Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – IPB; Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI); Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Pusat; Member of International Scientific Advisory Board of Center for Coastal and Ocean Development, University of Bremen, Germany; Honorary Ambassador of Jeju Islands Province and Busan Metropolitan City, Republic of Korea to Indonesia; dan Menteri Kelautan dan Perikanan – RI (2001 – 2004).

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kompetensi, Integritas, dan Keberhasilan Lulusan Unnes di Era Revolusi Industri 4.0

2 Juli 2019   09:23 Diperbarui: 2 Juli 2019   09:57 392
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Pidato Inspiratif Oleh :
Prof. Dr. Ir. Rokhmin Dahuri,MS
-Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – IPB; 
-Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI); 
-Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Pusat; 
-Member of International Scientific Advisory Board of Center for Coastal and Ocean Development, University of Bremen, Germany; 
-Honorary Ambassador of Jeju Islands Province and Busan Metropolitan City, Republic of Korea to Indonesia; dan 
-Menteri Kelautan dan Perikanan – RI (2001 – 2004). 

Pidato Inspiratif ini disampaikan pada Wisuda Periode II Tahun 2019 Universitas Negeri Semarang (UNNES) di Gedung Prof. Wuryanto, Kampus Sekaran, Kota Semarang, Jawa Tengah, 27 Juni 2019.

I. Kinerja dan Status Pembangunan Indonesia

Seluruh rakyat Indonesia, termasuk  Civitas Academica dan segenap alumni UNNES, sangat mendambakan segera terwujudnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang maju, adil-makmur, dan berdaulat sesuai dengan cita-cita Kemerdekaan NKRI.  Kita bersyukur kepada Tuhan YME, bahwa sejak merdeka bangsa Indonesia mengalami perbaikan hampir di semua bidang kehidupan.  Baru pertama kali dalam sejarah NKRI, tahun lalu tingkat kemiskinan turun dibawah 10 persen, tepatnya 9,8%, dari 60 persen pada 1970, dan 12 persen pada 2014.  Pada 2018 PDB Indonesia pun baru pertama kali mencapai 1,1 trilyun dolar AS.  Patut dicatat, bahwa dari 195 negara di dunia, hanya 20 negara yang PDB nya diatas 1 trilyun dolar AS, dan PDB Indonesia merupakan yang terbesar ke-16 (Bank Dunia, 2018).

Namun, hingga kini Indonesia masih sebagai negara berpendapatan menengah bawah (lower -- middle income country), dengan pendapatan nasional kotor  (Gross National Income = GNI) sebesar 3.870 dolar AS per kapita (Kemenko Perekonomian, 2019).  Belum menjadi negara  makmur (high-income country), dengan pendapatan nasional kotor diatas 12.165 dolar AS per kapita (Bank Dunia, 2018).  Selain itu, berdasarkan pada kapasitas IPTEK, kita bangsa Indonesia pun belum berstatus sebagai negara maju.  Karena, kapasitas IPTEK bangsa Indonesia sampai sekarang masih berada di kelas -3.  Artinya, lebih dari 75 persen kebutuhan IPTEK nasional berasal dari impor.  Sedangkan, negara maju adalah mereka yang kapasitas IPTEK nya mencapai kelas-1, dimana lebih dari 75 persen kebutuhan IPTEK nya dihasilkan oleh bangsanya sendiri (UNESCO, 2010).

Sejarah dan fakta empiris telah membuktikan, bahwa selain ridha Allah SWT, kunci dari kemajuan, kemakmuran, dan kedaulatan sebuah negara-bangsa adalah kualitas SDM (Sumber Daya Manusia), bukan melimpah ruahnya SDA (Sumber Daya Alam).  Sejumlah negara yang miskin SDA, tetapi memiliki kualitas SDM (Sumber Daya Manusia) yang unggul, telah sukses menjadi negara maju nan makmur dan berdaulat.  Contohnya, Jepang, Korea Selatan, Singapura, Swiss, dan Swedia.  Sebaliknya, negara dengan kekayaan SDA yang besar, namun kualitas SDM nya rendah, hingga kini masih sebagai negara berkembang, miskin atau berpendapatan menengah.  Sebut saja, Papua Nugini, Nigeria, Ghana, Pantai Gading, Afrika Selatan, dan Brazil.  Memang, bagi negara dengan kualitas SDM mumpuni, kekayaan alam lebih mempermudah negara tersebut menjadi maju, sejahtera, dan berdaulat.  Misalnya, Australia, Selandia Baru, Inggris, Norwegia, Finlandia,  Amerika Serikat, dan Kanada. 

Banyak faktor (variables) yang mempengaruhi kualitas SDM (human capital) suatu negara-bangsa, mulai dari aspek gizi dan kesehatan, kapasitas R & D (penelitian dan pengembangan) sampai dengan sistem politik.  Tapi, yang paling utama dari semua faktor tersebut adalah aspek pendidikan. 

II. Keunggulan dan Kelemahan Sistem Pendidikan Barat

Disadari ataupun tidak, sejak merdeka sampai sekarang, pelaksanaan sistem pendidikan di Indonesia pada umumnya meniru sistem pendidikan di negara-negara industri maju (Barat), yang berkarakter sekuler.  Tujuan utama dari sistem pendidikan Barat pada intinya adalah menghasilkan lulusan yang kompeten (capable), dan mampu mengembangkan, mengaplikasikan serta menguasai IPTEK (science and technology) sesuai bidang ilmu (program studi) yang dipelajarinya semasa sekolah atau kuliah.  Selain itu, melalui keteladanan cara kerja dan perilaku keseharian para guru, dosen, pegawai non-akademik, dan lingkungan kerja (working ecosystem) lembaga pendidikannya, para siswa dan mahasiswa juga diajarkan etos kerja unggul dan kecerdasan emosional (soft skills).  Contohnya, mencintai ilmu, rajin belajar, kerja keras, disiplin, jujur, saling menghargai, kewirausahaan (entrepreneurship), dan kemampuan bekerjasama (teamwork).   Dengan bekal semacam itu, memang terbukti bahwa lulusan lembaga pendidikan di negara-negara Barat sebagian besar sukses meniti karir dan kehidupan duniawinya.  Bukan hanya sukses untuk diri dan keluarganya, tetapi mereka juga berperan sentral dan aktif dalam pengembangan IPTEK, inovasi, kemajuan, kesejahteraan, dan kedaulatan bangsanya. 

            Dengan dukungan penuh dari pemerintah berupa infrastruktur, fasilitas, anggaran, penghargaan dan sanksi (reward and punishment) yang adil dan berwibawa, dan kebijakan lain yang  kondusif kepada bidang kesehatan, pendidikan, dan R & D (Research and Development), maka kapasitas IPTEK, daya inovasi, dan entreprenuership bangsa-bangsa maju dan makmur menjadi lebih unggul.  Sementara itu, sistem pemerintahan dan kehidupan berbangsa dan bernegara pun dibuat adil, akuntabel, dan transparans (good governance).  Sehingga, terbangun sistem dan mekanisme kehidupan masyarakat meritokrasi.  Suatu sistem kehidupan masyarakat (bangsa) yang adil, memberikan penghargaan dan amanah kekuasaan kepada setiap warga negara yang kompeten (capable) dan berakhlak mulia. Sebaliknya, memberikan disinsentif (hukuman) kepada semua warga negara yang malas, tidak berprestasi, dan berakhlak buruk, tanpa pandang bulu. 

            Ekosistem IPTEK, inovasi, entreprenuership, dan kehidupan berbangsa dan bernegara yang baik serta kondusif semacam itulah yang menjadikan bangsa-bangsa Barat maju, makmur, dan berdaulat.  Dengan kemajuan IPTEK dan kemakmuran ekonomi nya, mereka mampu membangun kekuatan pertahanan (militer dan angkatan perang) dan keamanan yang tangguh, berkelas dunia.  Selain itu, mereka juga mampu membangun dan mengembangkan kapasitas diplomasinya yang disegani oleh bangsa-bangsa lain di dunia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun