Mohon tunggu...
Rokhmin Dahuri Institute
Rokhmin Dahuri Institute Mohon Tunggu... Dosen - Rokhmin Dahuri

Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan – IPB; Ketua Umum Masyarakat Akuakultur Indonesia (MAI); Wakil Ketua Dewan Pakar ICMI Pusat; Member of International Scientific Advisory Board of Center for Coastal and Ocean Development, University of Bremen, Germany; Honorary Ambassador of Jeju Islands Province and Busan Metropolitan City, Republic of Korea to Indonesia; dan Menteri Kelautan dan Perikanan – RI (2001 – 2004).

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pembangunan Kelautan Bukan Sekadar Menenggelamkan Kapal

19 Januari 2018   17:14 Diperbarui: 20 Januari 2018   09:33 1349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Tribunnews.com

Sampai sekarang kita baru mengusahakan sekitar 200.000 ha perairan laut dangkal alias sekitar 8% dari potensinya.  Belum lagi usaha budidaya perikanan di laut lepas (offshore aquaculture), dan di ekosistem perairan tawar seperti danau, bendungan, sungai, kolam, sawah (minapadi), akuarium, dan media lainnya.

Industri pengolahan hasil perikanan harus terus diperkuat dan dikembangkan melalui peningkatan kualitas produk, pengembangan produk olahan baru (product development), dan sertifikasi produk sesuai dengan persyaratan pasar domestik maupun global.  

Sesuai dengan kapasitas pengolahannya, setiap pabrik harus bermitra dengan produsen komoditas perikanan, baik nelayan maupun pembudidaya secara saling menguntungkan.  Ini sangat penting untuk menjamin pasar ikan hasil tangkapan nelayan dan pembudidaya.  

Pada saat yang sama, kontinuitas bahan baku yang dibutuhkan oleh industri pengolahan hasil perikanan juga terjamin. Pasar domestik maupun ekspor untuk komoditas dan produk perikanan harus terus dikembangkan. Demikian juga halnya dengan sistem transportasi dan logistik perikanan nasional.

Industri bioteknologi kelautan juga bisa kita kembangkan sebagai sumber pertumbuhan baru.  Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Korea (2002), potensi ekonomi industri ini diperkirakan empat kali nilai ekonomi dari industri teknologi informasi.  

Industri biotekonologi kelautan meliputi 3 cabang industri: (1) ekstraksi senyawa bioaktif (bioactive substances) dari biota laut sebagai bahan dasar untuk industri makanan dan minuman, farmasi, kosmetik, pewarna, biofuel, dan beragam industri lainnya; (2) rekayasa genetik (genetic engineering) untuk menghasilkan bibit dan benih unggul yang tahan terhadap serangan penyakit dan hama, cepat tumbuh, dan sifat-sifat unggul lainnya; dan (3) bioremediasi dengan cara menghasilkan organisme mikro untuk melumat dan menetralisir lingkungan yang terkena pencemaran.  

Sebagai negara dengan keanekaragaman hayati laut terbesar di dunia, Indonesia sesungguhnya memiliki potensi industri bioteknologi kelautan terbesar di dunia.  Sayang, sampai sekarang hampir semua produk farmasi dan kosmetik yang berasal dari biota laut, seperti squalence, minyak ikan, omega-3, dan viagra itu kita impor.

Untuk menjalankan agenda pembangunan kelautan dan perikanan diatas, dalam jangka pendek kita tingkatkan kualitas dan kapasitas SDM kelautan yang ada melalui pelatihan dan magang di berbagai SMK dan Politeknik kelautan, BLK (Balai Latihan Kerja), dan sejumlah perusahaan industri kelautan (nasional dan multinasional) yang tersebar di seluruh wilayah NKRI.   

Dalam jangka panjang, kita perkuat dan kembangkan sistem pendidikan, pelatihan dan penyuluhan, dan R & D (litbang) untuk menyiapkan SDM kelautan berkualitas dan menghasilkan inovasi teknologi yang terkait dengan  sektor kelautan dan perikanan.

Roadmap pembangunan kelautan dan perikanan  ini hanya dapat terlaksana, bila didukung oleh kredit perbankan dengan suku bunga dan persyaratan pinjam yang relatif rendah dan lunak sebagaimana di negara-negara kelautan lainnya.  

Kini saatnya, pemerintah mengeluarkan skim kredit perbankan khusus untuk sektor-sektor ekonomi kelautan, seperti yang dilakukan kepada perkebunan dan industri sawit sejak Orba sampai sekarang yang terbukti sukses.  Selain itu, iklim investasi, kemudahan berbisnis, kebijakan fiskal dan moneter, dan kebijakan politik-ekonomi pun harus kondusif bagi tumbuh-kembangnya ekonomi kelautan di seluruh wilayah Nusantara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun