Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Financial Pilihan

Jangan Dengarkan Hatimu (Saja) Jika Berinvestasi

5 Agustus 2020   22:05 Diperbarui: 5 Agustus 2020   22:25 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Listen to your heart when he's calling for you

Listen to your heart, there's nothing else you can do

I don't know where you're going and I don't know why

But listen to your heart before you tell him goodbye

Masih ingat dengan refrain lagu ini? Dia adalah reff dari lagu Roxette, Listen to Your Heart. Lagu ini mengajak pendengarnya untuk mendengarkan kata hati. Pesan ini boleh berlaku ketika kita ingin memutuskan hubungan asmara. Akan tetapi, dia tidak berlaku per se dalam memutuskan tindakan investasi.

Dalam berinvestasi, mendengarkan kata hati saja pasti berakibat fatal. Mengapa? Hati kita pasti ingin laba setinggi mungkin dengan modal serendah mungkin. Ujung-ujungnya, kita malah terjebak dalam lingkaran nafsu (greed) yang tanpa akhir.

Bukannya menguntungkan, lingkaran nafsu ini malah menggerogoti kekayaan kita dalam jangka panjang. Degradasi ini terjadi karena greed memicu manusia untuk memandang dalam horizon jangka pendek. Pandangan inilah yang membuat pelaku investasi gelap mata terhadap risiko yang ada.

Kasus dana investasi Jouska adalah manifestasi nyata dari tumbal lingkaran nafsu. Demi keuntungan tinggi, Jouska dan manajer investasinya melakukan insider trading terhadap saham gorengan. Terlebih lagi, saham yang mendominasi portofolio mereka (saham LUCK) juga memiliki fundamental yang tidak bagus. Akibatnya, dana investor yang ditanamkan di Jouska mengalami kerugian besar.

Bahkan, ada satu investor yang mengalami kerugian sampai 70 persen. Investor tersebut membagikan pengalamannya di Twitter dan menjadi viral. Selanjutnya, korban-korban lain dari Jouska mulai bersuara. Setelah itu, OJK pun memblokir aktivitas Jouska sebagai unit usaha edukasi investasi (Idris dalam money.kompas.com, 2020).

Dari kasus ini, kita dapat memetik satu pelajaran. Sebagai homo economicus, kita wajib memiliki perspektif jangka panjang dalam berinvestasi. Artinya, kita harus memiliki investment time frame paling tidak sepuluh tahun mendatang. Sehingga, kita tidak akan mempertimbangkan tingkat pengembalian semata. Kita juga mengambil unsur model investasi into account.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun