Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Kurangi Ancaman Sampah dengan Membuatnya Merugikan

24 Juni 2020   12:27 Diperbarui: 24 Juni 2020   12:34 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: cnbcindonesia.com

Sampah adalah masalah yang bercokol di Indonesia sejak dulu. Bahkan sejak 1630 Batavia sudah dikatakan memiliki tumpukan sampah di jalan dan kanalnya (Pamungkas dalam historia.id, 2019). Sehingga, dia bukan ancaman baru yang solusinya masih abstrak.

Dia sudah ratusan tahun bersama kita. Ratusan solusi pun datang dan pergi untuk mengatasinya. Lantas, mengapa ancaman ini masih berdiri tegak? 

Menurut hemat penulis, ini terjadi karena natur masyarakat Indonesia yang relatif belum berubah. Penegakkan hukum seperti larangan membuang sampah sembarangan saja masih belum ditegakkan di lapangan.

Ditambah lagi dengan kebiasaan banyak orang Indonesia yang membuang sampah sesukanya. Bahkan, pengelolaan sampah yang tidak dibuang sembarangan saja masih carut-marut.

Tengok saja masalah anggaran sampah DKI Jakarta yang sempat heboh setahun lalu. Dengan anggaran sebesar Rp 3,7 Triliun, Pemprov DKI Jakarta masih belum kapabel dalam mengelola sampah.

Bahkan, Walikota Surabaya Tri Rismaharini sampai dipanggil oleh DPRD DKI untuk membantu. Mengapa? Surabaya adalah segelintir wilayah di Indonesia yang berhasil mengelola sampah dengan benar.

Bagaimana dengan wilayah yang lain? Well, statistik secara nasional menunjukkan kenyataan yang buruk. Setiap tahun, bangsa Indonesia menghasilkan 64 juta ton sampah.

Lantas, setiap penduduk Indonesia memproduksi 239 kilogram sampah per tahun. Dari jumlah ini, 60% adalah sampah organik, 14% adalah sampah plastik, 9% adalah sampah kertas, dan 5,5% adalah sampah karet (Widowati dalam databoks.katadata.co.id, 2019).

Jumlah ini tidak terlalu menyeramkan jika pengelolaan sampah kita sudah baik. Masalahnya, realita lagi-lagi menunjukkan sebaliknya. Hendra (2016:89-90) menyatakan bahwa Indonesia memiliki performa yang buruk dalam lima aspek pengelolaan sampah. Apa saja aspek-aspek tersebut?

Pertama, dari aspek kelembagaan, pengelolaan sampah di Indonesia belum memberikan distingsi yang jelas antara regulator dan operator.

Kedua, dari aspek pembiayaan, pendanaan sektor pengelolaan sampah kita masih terbatas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun