Legitimasi ini terbukti saat Gubernur Ahok diwawancara mengenai anggaran siluman yang (hampir) terjadi di APBD DKI Jakarta tahun 2015. Dalam wawancara ini, amarah Pak Ahok terhadap para oknum anggaran siluman meledak. Berikut adalah kutipan ledakan tersebut (rmoljakarta.com, 2015):
Ahok: Makanya gua bilang, panggil gua ke angket. Biar gua jelasin semua. Biar gua bukain tai-tai semua dia seperti apa.
Aiman: Pak Ahok, kita sedang live nih Pak.
Ahok: Gak apa-apa, biar orang tau emang tai. Gua bilang tai itu apa, kotoran, ya silahkan.
Aiman: Mungkin bisa lebih diperhalus Pak Gubernur DKI Jakarta, dengan segala hormat.
Ahok: Kalau gua mau ngomong tai, terus mau apa. Wawancara live gua, ya resikonya gitu. KompasTV jangan pernah wawancara gua live kalau gak suka kata gua tai segala macam. Itu bodohnya anda mau live, lain kali rekaman aja biar bisa anda potong.
Singkatnya, Ahok pada masa ini menganut prinsip, "Banyak kerja, banyak ngomel." Menurut hemat penulis, ini sesuai dengan kebutuhan pekerjaan Beliau sebagai eksekutor yang reforming. Sayang, terkadang omelan Beliau kelewat kasar dan straightforward untuk adab ketimuran.Â
Namun, tudingan penistaan agama terhadap Beliau di tahun 2016-2017 menjadi titik balik prinsip sosok ini. Tudingan yang tidak berdasar itu membuatnya harus mendekam di hotel prodeo selama dua tahun. Dalam waktu tersebut, beliau benar-benar melakukan refleksi yang mendalam. Termasuk dalam hal pengendalian diri.
Akhirnya, beliau keluar dari penjara sebagai manusia baru. A reformed character. Kegilaan kerjanya kepada rakyat Indonesia tetap membara. Namun, kegilaan itu kini diiringi dengan pengendalian diri yang sangat tinggi. Sehingga, Pak Ahok menjadi sosok yang banyak kerja dan composed. Tong penuh yang tahu kapan harus berbunyi dan diam.
Selamat Pak Ahok. Pertahankan kepribadian "BTP" yang Anda punya sekarang. Rakyat Indonesia masih memerlukanmu.
SUMBER
youtube.com. Diakses pada 1 Februari 2020.Â
detik.com. Diakses pada 1 Februari 2020.
rmoljakarta.com/. Diakses pada 2 Februari 2020.