Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Pemimpin Perempuan Kerap Mengalami Perundungan?

8 Agustus 2019   16:44 Diperbarui: 8 Agustus 2019   16:50 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://indianexpress.com/

Padahal, pemimpin perempuan juga manusia. Mereka punya kelebihan dan kelemahan masing-masing. Seperti Ibu Risma misalnya. Sebagai walikota, Beliau adalah pemimpin yang sangat efisien, terlibat di lapangan, serta memiliki langkah kerja yang jelas. Namun, Beliau juga sosok yang temperamental. Mudah tersulut amarah jika menghadapi ketidaksesuaian.

Ketika pemimpin perempuan tidak berhasil memenuhi ekspektasi masyarakat yang lebih tinggi, berbagai perundungan langsung bermunculan. Dari yang sifatnya politis sampai personal. Bahkan, pemimpin wanita sekaliber Margaret Thatcher saja di-bully karena suaranya yang terlalu cempreng. Perundungan ini begitu berbekas, sampai Beliau berlatih mengubah nada suara di tahun 1975.

Menurut penulis, inilah penyebab lebih sedikitnya pemimpin perempuan. Mereka harus melalui jalan yang lebih berliku dan berbatu. Lebih banyak tantangan, serangan, dan perundungan yang harus dihadapi. Masih banyak glass ceiling yang harus mereka pecahkan dari dominasi laki-laki. Hal ini jelas tidak mudah.

Tetapi, dalam memecahkan dominasi tersebut, perempuan menghadapi stigma bahkan cibiran dari masyarakat yang patriarkis. Banyak orang, termasuk di antara perempuan sendiri yang menghalangi terbentuknya female leaders di masyarakat. Berbagai alasan pun digunakan sebagai legitimasi stigma dan upaya ini.

Umumnya, stigma patriarkis bertahan karena kebanyakan bakal pemimpin perempuan "belum teruji". Selain itu, perempuan diasumsikan memiliki conflict of interest antara kepentingan mengurus keluarga dan memimpin dalam karir. Lebih lagi, sifat feminin yang lebih emosional dan sensitif kerap dijadikan bahan perundungan terhadap pemimpin perempuan.

Kesimpulannya, pemimpin perempuan kerap mengalami perundungan karena dianggap melanggar konvensi patriarkis. Selain itu, ada citra pemimpin perempuan sebagai superwoman yang menimbulkan iri hati. Terakhir, tuntutan penampilan sempurna dari masyarakat jauh lebih tinggi bagi pemimpin perempuan.

Pada kampanye pemilu 1979, Margaret Thatcher berkata, "There is only one chance in life for women. It is the law of life." Ketika pemimpin perempuan gagal meraih kesempatan tersebut, pisau perundungan akan menerjangnya bertubi-tubi. Society shows little mercy for woman leaders.

Maka dari itu, salut dan hormat yang setinggi-tingginya untuk pemimpin perempuan di seluruh dunia.

SUMBER

1. Diakses pada 8 Agustus 2019.

2. Diakses pada 8 Agustus 2019.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun