Mohon tunggu...
Rionanda Dhamma Putra
Rionanda Dhamma Putra Mohon Tunggu... Penulis - Ingin tahu banyak hal.

Seorang pembelajar yang ingin tahu Website: https://rdp168.video.blog/ Qureta: https://www.qureta.com/profile/RDP Instagram: @rionandadhamma

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Wahai Politisi, Belajarlah dari Si Doel

2 Agustus 2019   11:38 Diperbarui: 2 Agustus 2019   11:45 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: solo.tribunnews.com

Seharusnya, para politisi kita juga begitu. Memiliki prinsip yang memandu mereka sebagai aktor demokrasi. Having a star to steer by. Prinsip itu harus dinyatakan secara jelas serta mendasari tindakan-tindakan politik. 

Dampaknya, publik bisa memiliki pilihan yang jelas dalam berdemokrasi. Ketika pilihan yang jelas sudah diberikan, dunia politik tidak lagi dipandang sebagai land of opportunists.

Hanya dunia politik yang dipenuhi oleh conviction politicians yang bisa memajukan negaranya. Kalau tidak, negara ini hanya jalan di tempat terus, tertinggal dari negara-negara lain.

Karakter kedua adalah Babe Sabeni. Diperankan oleh Alm. Benyamin Suaeb, karakter ini adalah tipikal babe-babe Betawi. Tegas, meledak-ledak, namun sangat menyayangi keluarganya. Rasa sayang itu diwujudkan dalam berbagai tindakan riil. Mulai dari menjual tanah demi membiayai kuliah Doel sampai memberikan nasihat-nasihat bagi keluarganya di meja makan.

Salah satu nasihat tersebut sungguh menyentil penulis. "Kan gua udah pesen ama elu pade, supaya idup jujur, jujur, jujur, jujur! Supaya idup kite kagak ancur!" Pesan ini adalah sebuah timeless and universal value of life. Kejujuran diajarkan oleh semua agama dan semua budaya. Ketidakjujuran sama saja mengkhianati kepercayaan orang lain kepada kita.

Apalagi bagi para politisi. Mereka diberikan kepercayaan oleh konstituen mereka untuk mewakili aspirasi masyarakat. Kepercayaan itu harusnya dijaga dengan kejujuran. Baik secara politik maupun personal. 

Be transparent dalam semua tindakan sebagai aktor demokrasi. Kalau bisa seperti Pak Ahok dulu. Seluruh catatan perjalanan dinas dan penggunaan uang dibuka dalam website pribadi Beliau.

Sayang, politisi yang jujur masih terlalu sedikit di negeri kita. Kebanyakan politisi kita masih suka bersilat lidah dan menutupi kebohongan politik dengan kebohongan politik lain. Tetapi, masyarakat sudah cerdas. Bau bangkai kebohongan politik biasanya langsung tercium. It's time for politicians to reform their tact. Jadilah jujur dan apa adanya terhadap masyarakat.

Karakter terakhir adalah Mandra. Diperankan oleh diri sendiri, karakter ini adalah inti komedi dari SDAS. Hampir seluruh momen-momen lucu dalam sinetron ini pasti diciptakan olehnya. 

Bahkan ketika marah, karakter ini tetap mengocok perut. Terutama dengan punchline Betawi ora yang sungguh menggelitik. Seperti "diem bae kayak ayam tetelo" sampai "ngacanya di sumur, kalo kaget nyemplung luh!"

Tetapi, Mandra memiliki dua kelemahan yang sangat besar. Ia malas dan suka mengeluh. Kemalasan inilah yang membuat hidupnya tidak pernah beres. Selain itu, tendensinya untuk mengeluh membuat karakter ini sangat irritating. Bahkan, Babe Sabeni sering ribut dengan Mandra kalau sedang nyapnyap.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun