Mohon tunggu...
Rahma Dian
Rahma Dian Mohon Tunggu... Guru - Love writing and reading

Do something good it will be good for us. twitter: @dradikta | IG: dradikta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

"Song in Story", Menulis Cinta

29 November 2018   08:52 Diperbarui: 29 November 2018   09:05 628
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
pic: youtube Andi Moer

Song in Story : Menulis Cinta

(Cerita ini terinspirasi dari "Su Sayang" sebuah lagu dari Near feat. Dian Sorowea)

"

Biasa sa cinta satu sa pinta jang terlalu mengekang rasa. Karna kalau sa su bilang Sa trakan berpindah karna su sayang. Jangan kau berulah sa trakan mendua. Cukup jaga hati biar tambah cinta..."

            Kemeja putih membalut tubuhnya. Bersih, no jerawat, tubuhnya tegap, gumpalan lemak 10 tahun lalu telah hengkang. Satu yang sama, rambutnya tetap cepak, agak berantakan, senyumya tetap manis. Aku dipertemukan lagi dengannya. Pria masa lalu yang pernah kuabaikan. Kini berdiri, terbahak bersamaku. dr. Rendi Hananto, sebuah nama tersemat dalam bajunya. Cukup menjelaskan, aku melepas tawa bersama siapa.

            "Ta, aku tinggal di "Classic Greenfield" belakang rukan ini. Kamu mampir gih, nanti aku buatin nasi goreng rempah. Enak loh....!" Tawaran menggiurkan dari Rendi, seandainya itu 10 tahun lalu, pasti aku bakal jawab "Udah kenyang duluan lihat lo...Bantet!"

            "Menarik, masih suka masak. Ngomong -- ngomong lipatan di perut kamu kemana?" balasan yang bikin dia ngakak dan aku justru membayangkan kalau lemak lemaknya udah ganti sama kotak -- kotak. Ahhhh!!!....Stop, otakku harus disekolahin.

            Aku dan Rendi tak sengaja bertemu, saat dia ke butik nyari jas dan kemeja buat acara reuni teman kuliah. Semula aku nggak tahu, tapi dia nyapa duluan. "Ta, kamu tambah cantik." Aku masih berputar, dan nemu nama di kemejanya. Bukan cuma kaget tapi kayaknya nyesel ngebuang surat cintanya ke tong sampah. "Ohh, Jelita kamu udah punya Panji." Hatiku terus saja mengingatkan kalau ada "Panji" di sana.

            Tawa, obrolan, sampai tukar nomor handphone aku ijabah. Benar -- benar nama "Panji" ditelan bumi sejenak. Aku sejahat itu ternyata.

Di kafe bersama Rendi

            Puluhan pesan WA terabaikan padahal jelas tertulis "Panji Sayang". Akhirnya panggilan telepon. Entah kenapa masih enggan angkat sampai,"Ta, anggat deh, siapa tahu orang mau bikin baju atau fitting? Jangan nolak rejeki." Akupun setuju, menjauh sejenak dari Rendi. Dannn ini yang kuucap,"Sayang, maaf aku lagi ada meeting sama calon pengentin yang mau bikin baju sama aku. So, sejam lagi aku telepon. Daaa...Panji sayang...Love you."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun