Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Kebebasan Musik Hari Ini Versus Musik yang Serba Salah di Jaman Dulu

10 Maret 2023   17:05 Diperbarui: 10 Maret 2023   17:17 294
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto dari pophariini.com

Topik pilihan hari ini kok ya pas sekali di saat ingin menulis tentang musik, ini akibat sejak dari kemarin kanal youtube menyesatkan saya kembali ke masa silam, ke era tahun 80-90'an dimana saat itu pilihan musik dalam negeri sangat terbatas, bahkan bisa dikatakan monoton dan serba salah.  Walaupun keterbatasan itu membuat musik, lagu dan artis yang hits di masa itu menjadi memorable sampai sekarang.

Dulu jalan untuk menjadi artis musik saja bisa dibilang untung-untungan, biasanya melalui ajang pencarian bakat atau beruntung ditemukan produser yang bisa melihat potensi artis baru, atau malah gerilya berjuang sendiri agar bisa terkenal dan muncul ke permukaan jagat musi negeri ini.  Belum lagi media untuk mempromosikan diri terbatas hanya pada radio dan jualan kaset, sementara televisi cuma ada TVRI semata. Itupun hanya memungkinkan tampil di hari minggu, di acara bernama Selekta Pop atau Aneka Ria Safari.

Salah satu artis yang muncul dari ajang pencarian bakat adalah Denada dan Krisdayanti, dua-duanya jebolan acara musik bernama Asia Bagus yang ditayangkan dan diikuti bersama-sama dengan negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia, sedangkan contoh artis yang 'ditemukan' dan diasah produsernya adalah seperti Nike Ardilla yang karirnya juga sangat pendek.  

Artis musik yang gerilya sendiri agar eksis adalah Dewa 19 yang sejarahnya sampai bikin demo album sendiri dan dibantu kawannya untuk bisa mengenalkan dengan produser.  Atau seperti Slank yang dulunya manggung dari pentas ke pentas sampai akhirny menawarkan diri ke perusahaan rekaman.  Sedang grup Sheila on 7 awalnya dulu berangkat dari single Kita yang konon dulu rajin diputar di stasiun-stasiun radio Jogja.

Tapi paragraf sebelumnya itu masih di jaman 90-an akhir, sedang di akhir tahun 80-an sampai kira-kira pertengahan era 90-an, musik yang hadir benar-benar serba salah.  Lirik-lirik lagu pun dibuat sesopan mungkin, kalau perlu pakai kata kiasan.  Soalnya Kementerian Penerangan dulu entah dengan alasan apa, suka sekali merecokin musik-musik yang dianggap tidak sesuai dengan standar mereka.

Jadi musik yang liriknya terlalu menye-menye dianggap bikin tak semangat hidup generasi bangsa, sementara jika terlampau ngerock dan urakan juga bakal disensor dan tak boleh tampil di televisi, serba salah. Itu terjadi pada saat lagu Hati Yang Luka-nya Betharia Sonata dipermasalahkan pa Harmoko yang menilai lagu tersebut merusak semangat pembangunan yang tengah digelorakan pemerintah.  Sampai-sampai dibikin instruksi segala pada perayaan ulang tahun TVRI ke-26 pada 24 Agustus 1988.  Luar biasa sekali, kan pemerintah sampai turun tangan gara-gara lirik lagu.

Sedang lagu yang juga mungkin dianggap tak sesuai dengan kaidah bangsa, gara-gara penampilan di stasiun televisi yang dianggap terlalu urakan, dialami oleh Slank.  Video klip lagu berjudul Memang yang menampilkan gaya slengean band baru di awal tahun 1990 itu akhirnya dipaksa diturunkan dan tak pernah lagi tayang di televisi.  Sungguh bikin bingung dengan segala keterbatasan terkait musik di masa itu.  Terlampau mellow salah, terlalu ngerock pun luput.

Mungkin jaman dulu itu, musik yang dianggap pas adalah yang berada di tengah-tengah, di zona aman.  Liriknya juga dianggap aman dan tak kritis dengan pemerintah, berani-berani kritis pun bakal diciduk pula. Ngeri.

Salah satu musik yang sejak  dulu aman adalah lagu-lagunya Kla Project, yang sedari muncul di tahun 1988 tak pernah mengalami kesulitan untuk bertahan di tangga lagu, mungkin juga karena lirik-lirik lagunya cenderung puitis dan musiknya juga selalu nyaman di telinga siapa saja.  Sampai akhirnya bermunculan grup musik dan penyanyi baru yang semakin variatif, apalagi setelah kemunculan televisi swasta yang mendukung penampilan mereka sekaligus jadi media untuk mengorbitkannya.

Terlebih dulu gebrakan televisi swasta yang akhirnya tayang 24 jam seakan-akan mengobati dahaga penikmat hiburan yang dulu cuma dibatasi sampai sebelum tengah malam, itupun untuk urusan musik hanya tayang di akhir pekan saja dengan keterbatasan pilihan.   Lebih-lebih pembawa acara pun tak tahu diri, malah muncul dan ngomong di tengah-tengah lagu, justru biasanya saat melody gitar meraung-raung. 

Jaman sekarang berbagai musik dan lirik sudah tak punya batas, tayang pun 24/7 dan bisa ditonton dimana saja, tak terbatas cuma di televisi dan media kaset atau radio.  Internet membongkar semua batasan yang ada, berkreasi sudah tak ada batas pula.  Jenis lagu apapun bisa tayang, dari yang sopan sampai yang vulgar pun bebas.  

Walau akhirnya seleksi alam pun berlaku, tak semua bisa muncul ke permukaan, di tambah menjual musik pun tak sesederhana dulu lagi, yang bisa menghasilkan uang dari produksi kaset atau mungkin tayangan di televisi.  Sekarang media penyalur musik bisa dikatakan nyaris tak ada harganya.  Semua bisa menikmati musik tanpa harus membayar.  Jadinya artis dan produser sekarang harus putar otak biar bisa menghasilkan duit dari karya-karyanya.

Jadi begitulah mungkin sekilas perbandingan musik hari ini dan masa lampau, dengan segala kebebasan, keterbatasan dan kelebihannya. Sekarang jamannya musik mudah dibuat dan ditampilkan, tapi mungkin memang tidak segampang musik jaman dulu untuk menjadi memorable walaupun dengan segala keterbatasannya. Mungkin demikian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun