Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Bersepeda Gara-Gara Gengsi

19 Februari 2023   14:23 Diperbarui: 19 Februari 2023   15:52 663
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terus memasuki hutan, sampai akhirnya ketemu awal tanjakan yang tak bakal putus-putus sampai ke puncak Mandiangin, ternyata sebelum belokan malah bertemu kawan sesama penggemar sepeda Federal, tapi tadi dia bawa sepeda modern, dengan gear belakang yang luar biasa, lingkaran paling besar berukuran 42T, artinya punya 42 gigi yang tentu saja akan terasa ringan sekali saat menanjak.

Kawan saya itu tak sendirian rupanya, tapi bawa sekondan sejumlah dua orang, di sinilah awalnya niat saya yang awalnya cuma ingin nanjak sekuatnya, malah memutuskan nekat untuk melanjutkan perjalanan sampai atas, penyebabnya cuma gengsi itulah.   Saat di belokan yang tanjakannya cukup berat, kedua orang kawannya kawan saya itu, menyemangati tapi dengan nada meremehkan dan sekilas saya mendengar ada nada meragukan terlontar dari mulut salah seorang itu.

Namanya gengsian dan suka panasan saat dibilangin gitu, sepeda pun dikayuh sekuatnya, padahal pinggang rasanya mau rontok dan kaki serasa terbakar, namun belokan yang menanjak cukup curam itu akhirnya bisa dilewati, walau terpaksa turun lagi saat di ujung tanjakan, karena tanjakannya tak putus sampai situ.  Cukup menyenangkan melihat reaksi mereka yang tak lagi melontarkan komentar macam-macam.

Beberapa kilometer dari situ, sampailah di kolam pemandian Belanda jaman dulu yang masih terpelihara dengan baik, rencananya dari situ mungkin balik arah dan pulang, apa daya dua orang yang tadi manas-manasin di belokan justru memutuskan terus menanjak, walau sambil mendorong sepedanya.  Saya pun memutuskan melakukan hal yang sama.

kolam renang Belanda jadul | dokpri
kolam renang Belanda jadul | dokpri

Beristirahat sebentar untuk kemudian memutuskan melanjutkan perjalanan lagi, diawali dengan mendorong sepeda lagi tentu saja.  Baru saat tanjakan mulai dirasa meredam sepeda kembali dinaiki dan dikayuh lagi.  Beberapa kali bertemu dan berpapasan dengan sepeda motor dan mobil yang lalu lalang naik dan turun bukit, maklum lagi akhir pekan.  Tahura memang alternatif akhir pekan yang menyenangkan.

Beberapa kali bertemu rambu yang meminta pengunjunng untuk membatasi kecepatan maksimal 20 km/jam.  Maklumlah jalan cukup sempit untuk dilalui dua mobil yang berpapasan sekaligus.

sepeda ya susah dengan kecepatan segitu | dokpri
sepeda ya susah dengan kecepatan segitu | dokpri

Kayuhan campur dorongan selama kurang lebih satu jam akhirnya mengantarkan saya sampai di puncak Mandiangin, di Pesanggaran Belanda, sayang tadi lupa memfoto pesanggaran yang direnovasi dan dibangun ulang oleh Pemprov KalSel.  Dulunya cuma tersisa pondasi dan beberapa sumur yang sumber airnya masih aktif.  Tentu saja selanjutnya adalah foto sepeda yang akhirnya sampai juga di sana.

keren ya? | dokpri
keren ya? | dokpri

Sinyal provider selular sekarang jauh lebih bagus rupanya, makanya menyempatkan diri update  foto perjalanan di media sosial dan di status aplikasi pesan.  Jam 10 pagi di hari yang cerah membuat cuaca terasa cukup panas, padahal sebelumnya mendung.  Untunglah dapat bantuan tambahan air minum dari pengelola pesanggrahan.  Perut yang terasa lapar juga secara tak sengaja terobati oleh kawannya kawan yang ternyata membawakan nasi pecel, duh rejeki tak bakal lari kemana memang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun