"The Menu": Cara Menegangkan Untuk Makan Malam

Daya tarik utama film ini tentu saja adalah pemainnya, yaitu Anya Taylor-Joy yang penampilan cantiknya di The Queen's Gambit sungguh membuat jatuh cinta.  Pemain lainnya yang membuat penasaran adalah Ralph Fiennes, sang Lord Voldemort yang di film ini bermain sebagai chef berwajah datar tanpa ekspresi.

Ceritanya sederhana saja sebenarnya, beberapa orang berangkat naik kapal ke pulau kecil untuk menikmati makan malam bertarif mahal dengan chef terkenal Chef Slowik yang tampaknya sangat dipatuhi oleh para juru masak dan asistennya.

Para tamu yang datang dijamu di restoran dengan dinding kaca transparan yang mengarah ke pelabuhan kecil di satu sisi, dan sisi lainnya adalah dapur tempat para juru masak memproses menu yang telah ditentukan.  

Anehnya di sudut tersendiri, duduk seorang wanita tua yang ternyata adalah ibu dari Chef Slowik, diam saja sambil sesekali minum miras, wajahnya sama dengan anaknya : tanpa ekspresi.

Anya sendiri berperan sebagai Margot, yang diajak oleh Tyler yang  sepertinya antusias sekali dengan rangkaian menu makan malam yang menjanjikan dan terjamin kelezatannya.   Tiap kali Chef Slowik menepukkan kedua tangannya (dan nyaris selalu bikin kaget para tamu, dan yang menontonnya tentu saja), artinya para juru masak yang merangkap sebagai pelayan akan segera bergegas ke meja para tamu untuk menghidangkan menu yang sudah disiapkan secara teliti.

Menunya memang rada aneh tapi sekaligus bikin penasaran, dari menu pertama berupa tiram dan caviar lalu menu kedua  kerang mentah di atas batu, lalu sampai pada menu ketiga yang mulai aneh.  Namanya saja sudah aneh, menu roti tanpa roti.  Menu yang dikira becandaan oleh tamu yang datang.

Sampai akhirnya datang menu ke empat, ayam ditusuk gunting dan tortila yang digambar dengan laser, semua orang mendapatkan tortila dengan gamber yang berbeda.  Mulai dari menu inilah, semua sudah tak lucu lagi.  Pelan-pelan aura horror mulai muncul.  Selain menu yang tetap saja terlihat lezat dan menggugah selera, juga tersaji kekejian tanpa ekspresi, dan anehnya ada saja yang tak terganggu dan tetap menikmati makanan yang tersaji, sambil sesekali memberi komentar sana sini.

Ada beberapa jeda yang tiba-tiba diisi oleh percikan darah, yang anehnya tetap terasa elegan walaupun beraroma kematian.  Semua mengalir begitu saja, membuat para pengunjung yang datang pun terpukau dan seakan-akan terpaku di tempat duduk masing-masing, pasrah akan takdir yang sebentar lagi menjemput mereka.  Kombinasi kengerian dan kelezatan makanan di film ini tersaji dengan apik, sedikit aneh, mengerikan sekaligus memukau.

Padahal lokasi pengambilan film sebagian besar cuma di ruangan restoran tempat mereka makan saja, selain sedikit adegan yang diambil di sekitar pulau kecil itu, dan di kapal yang juga kecil, tapi entah kenapa sudut pengambilan filmnya begitu bagus, menggoda, elegan dan berbahaya sekaligus memberikan rasa penasaran.

Film sepanjang 1 jam 47 menit ini, ditutup dengan menu yang benar-benar menggugah rasa.. lezat sekaligus horror.   Menu yang tak pernah terpikirkan sepertinya oleh para pelangga yang rela membayar makan demi rasa surga yang ditawarkan, terkecuali tokoh utama kita Margot, yang malah memilih menjadi anti-mainstream, memutuskan untuk memesan makanan yang harganya murah, walau tetap saja terlihat menggiurkan.