Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Logika Meminta, Mengharap Apresiasi Bukannya Sekadar Mengemis Tanpa Makna

24 Januari 2023   16:14 Diperbarui: 24 Januari 2023   16:20 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: pikiran-rakyat.com

Terhadap fenomena yang terjadi, mengharap like atau apapun di internet, berdasarkan bermacam aksi yang berujung mendapatkan uang sebagai gantinya, saya sih menyebutnya itu kreativitas, seriusan bagi saya itu bukanlah aksi mengemis, walaupun sama saja mengharapkan apresiasi dari para penontonnya.

Mau menghujat dan bernada miring pun, nyatanya toh kita cuma bisa mencaci tanpa memberi solusi, semisal ibu-ibu yang mandi lumpur ataupun aksi lainnya.  Apa yang penonton bisa berikan, selain kalimat ikut prihatin, beberapa menghujat, sebagian juga entah berkomentar apa, saya tak tahu karena memang tak punya aplikasi untuk menonton hal tersebut dan tak tertarik untuk melihatnya.  Untuk hal satu itu, mungkin lebih baik diam saja.  Karena itulah, berkomentar negatf tapi tak punya solusi juga tiada guna rasanya.

Bagaimana pun aksi-aksi mereka toh tak merugikan siapa-siapa, kita juga diberi kebebasan, memberi apresiasi atau sudahlah cuma diam kalau memang tak setuju dengan aksi mereka.  

Apa bedanya dengan content creator dengan berbagai materi di youtube misalnya, yang hanya bermodalkan kamera, lalu jalan-jalan, mengomentari makanan dan perjalanannya, dengan subscriber jutaan yang konon menghasilkan jutaan rupiah, itu belum lagi ditambah iklan yang masuk.  Mereka juga berusaha menarik peminat dan penonton dengan cara yang berbeda.

Yang jelas ada aksi dan ada reaksi, itu hukum alam.  Bagaimanapun caranya, paling tidak mereka tidak hanya menadahkan tangan melalui sebaran nomor rekening untuk bencana alam, tapi ternyata ada saja yang memanfaatkan duitnya, hingga sebagian besar malah dimakan pengurusnya dengan alasan biaya operasional dan lain-lain, padahal donatur ingin bantuan disalurkan kepada yang berhak.  

Lagian siapa pun mempunyai hak untuk mencari uang dengan jalannya sendiri-sendiri, kebetulan cara beraksi di internet sekarang adalah jalan termudah untuk itu.  

Membuat konten hanyalah sebuah cara, toh yang memberikan apresiasi ya sang penonton. Kalaupun ada yang bilang miris dan bilang tak usahlah mereka dikasih panggung, terus sekali lagi ada solusi gitu untuk supaya mereka tak melakukan hal tersebut lagi, tapi juga hidup mereka terjamin.

Memang berkata-kata dan berkomentar lebih nyaman dibanding latar belakang mengapa mereka melakukan itu, manusia yang hidupnya lebih terjamin akan dengan enteng memojokkan mereka dengan alasan moral atau ketidakpantasan, coba sekali-kali mikir dengan logika, mereka toh juga tak akan melakukannya jika hidup mereka sudah cukup dan tak perlu melakuan hal tersebut.

Sama halnya saat menemukan pengemis dan peminta-minta di jalan, yang ada di mata dan pikiran adalah ketidakpantasan, tapi jarang ada yang mikir soal ketidakadilan.  

Padahal jelas-jelas Undang-Undang juga harusnya melindungi mereka.  Ada pula yang malah bilang kalau pengemis itu sebenarnya kaya-kaya, ini malah logika yang aneh pula, kenapa harus iri dan berpikiran negatif dengan kehidupan pengemis, toh mereka secara tak langsung mengorbankan harga dirinya dengan cara meminta-minta.  Atau kepikiran untuk mencari rejeki dengan cara mereka?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun