Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Bencana Ada karena Lupa Pelajaran IPA

22 November 2022   09:41 Diperbarui: 22 November 2022   10:41 166
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto dari kontrasonline.com

Rasanya sedari di sekolah dasar sudah diajari apa fungsi pohon, bagaimana seandainya pepohonan di hutan habis dan pengaruhnya terhadap aliran air hingga terjadi banjir dan tanah longsor.  Saya malah masih ingat saat ada semacam semacam praktek bagaimana air mengalir dengan deras saat tidak ada penghalangnya.

Padahal pihak berkepentingan telah tahu bahwa pohon di kawasan hutan memiliki fungsi untuk penyerapan air, logikanya yang menyerap sudah tiada, air pun mengalir semaunya kemana-mana tak terkendali.

Sampai kemarin akhirnya mendengar berita kebanjiran lagi, kali ini di wilayah yang berbatasan dengan provinsi tetangga, Kabupaten Tabalong.  Wilayah yang dulu di sepanjang tahun 90-an habis-habisan dibabat oleh pengusaha dengan label HPH.  Hutannya habis sekarang estafet sumber daya alam dilanjutkan oleh pengusaha tambang.  Apalagi yang tersisa?  Tegakan hutan tiada, sekarang giliran permukaan lahan pula dibongkar paksa.

Apalagi tambang yang dilakukan menggunakan sistem penambangan terbuka (open pit), permukaan lahan dibuka untuk mengambil kandungan batubara di dalamnya.  Ekstraksi sumber daya alam memang menggiurkan, cepat menghasilkan dalam waktu yang relatif cepat, cuma perlu modal untuk mengeruk kekayaan alam tersebut.  Tanpa memikirkan bagaimana mengembalikan kondisi lahan kembali seperti semula

Teknologi reklamasi sejauh apa bisa memperbaiki struktur tanah yang cenderung rusak dan hancur lebur, secanggih apapun sistem reklamasi tetap tidak akan bisa mengembalikan kawasan hutan yang sudah terlanjur rusak, lapisan-lapisan tanah yang sudah terbuka dan terluka tak akan bisa lagi disembuhkan seperti semula 

Makanya tidak aneh, Kabupaten yang dulu kaya raya dengan hasil alamnya, nanti cuma akan menuai bencana.  Tahun ini saja tercatat sudah dua kali banjir melanda, hal yang tak pernah terdengar terjadi di tahun 90-an sekarang seakan jadi rutin terjadi setiap tahunnya.  Terlebih di kabupaten tersebut masih ada terjadi penebangan kayu ilegal, walaupun legal atau ilegal, pembalakan hutan secara terus menerus tanpa ada sistem penebangan yang benar tetap saja akan merusak alam.

Belum lagi nanti saat tiba kemarau dan terjadi kebakaran, muncul lagi kabut asap, hal yang juga tak pernah ditemui tiga dekade silam. Padahal dulu juga diajari pelajaran mendasar tentang fungsi daun pohon yang mengolah karbon menjadi oksigen.  Dedaunan menghilang, asap pun tak ada yang menteralisir sehingga menjadi kumpulan kabut yang menyesakkan.  Tak ada lagi benteng hijau yang menahan asap supaya tidak lari kemana-mana.

Tapi manusia memang sangat pelupa, pelajaran ilmu pengetahuan dasar pun seakan-akan tak pernah ada.  Sepertinya semakin menua, yang ada di kepala orang-orang tua cuma prinsip dasar ekonomi, yaitu mengeluarkan uang biaya sesedikit mungkin demi keuntungan yang sebesar-besarnya, hal yang diterapkan dalam mengambil kekayaan alam dengan semena-mena tanpa peduli generasi nanti setelahnya.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun