Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Dari Daging Beruang Sampai Anjing yang Bergelimpangan di Jalan

12 November 2022   19:54 Diperbarui: 12 November 2022   20:01 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto dari news.detik.com

Perjalanan sewaktu penelitian bambu ke Kecamatan Embaloh Hulu, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat itu rupanya tak cukup dituliskan cuma dalam satu artikel.  Setelah saya ingat-ingat banyak hal-hal menarik yang ditemui selama kurang lebih seminggu di sana.

Salah satunya adalah saat menginap di Mataso, saya menemukan seonggok daging di dalam semacam stoples, teksturnya rasanya agak beda dari daging hewan yang pernah saya lihat. Saat menanyakan kepada pemilik penginapan, dia bilang itu adalah daging beruang.

Bagaimana bisa terjadi begitu, bapak pemilik penginapan, yang saya lupa nama beliau, bercerita bahwa pada saat berburu, secara tak sengaja bertemu dengan seekor beruang di dalam hutan.  Dalam keadaan terjepit, makhluk yang cukup berbahaya itu terpaksa juga ditembaknya, karena kalau tidak begitu nyawanya pula yang bakal melayang.

Rupanya daripada mati sia-sia, bangkai beruang dibawa dan dagingnya disimpan, rasanya untuk dimakan.  Sayang saat itu nyali saya tidak cukup untuk mencoba daging hewan liar yang sebenarnya lucu itu, selain tidak tega tentu saja.

Selain itu, di Embaloh itulah akhirnya ketakutan saya terhadap binatang bernama anjing menjadi menyusut, sebenarnya lebih tepat terpaksa berani.  Sejarah hidup saya yang pernah dikejar sepasang anjing sampai dua kali, menambah ketakutan pada makhluk berbulu yang katanya juga lucu itu.

Di perkampungan dayak, anjing layaknya kucing di komplek saya yang berkeliaran dengan bebas.  Terlebih di rumah betang, suara gukguk selalu rajin menyapa tamu-tamu yang datang.  Awalnya selalu berusaha menghindar dari para anjing itu, sampai akhirnya satu kejadian yang membuat saya memberanikan diri untuk berdamai dengan rasa takut saya.

Jadi pada saat hari minggu, rekan perempuan dalam tim penelitian yang beragama Nasrani, minta tolong diantarkan ke gereja terdekat untuk beribadah.  Karena anggota tim yang lain sedang sibuk, maka akhirnya saya pun menawarkan diri untuk mengantarkannya.  Kebetulan dapat pinjaman sepeda motor dari rekan KPH Kapuas Hulu Utara.

Awal berangkat sih saya tenang, karena rekan yang saya bonceng terlihat tenang saja melewati puluhan anjing yang bergelimpangan di jalan aspal, sepertinya menikmati hangatnya jalan di pagi hari itu.  Saya pun ikutan tenang.

Sesampainya di gereja, rekan saya itu minta ditinggalkan saja, tak usah ditunggu karena tak tahu sampai kapan ibadahnya selesai, tapi nanti minta dijemput lagi beberapa jam kemudian.  Saya pun setuju, sampai pas saat menstarter motor untuk kembali ke base camp di penginapan, saya teringat satu hal.

Waktu berangkat memang aman sendiri, nah ini pas kembali kan sendirian.  Bagaimana nanti melewati para makhluk berbulu yang tadi santai nongkrong di sepanjang jalan.  Jantung saya berdebar tapi juga sekaligus berusaha menenangkan diri, berharap anjing-anjing itu tetap menikmati kehangatan jalan aspal, tak terusik oleh suara motor dan tidak tergoda untuk mengejar saya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun