Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lagi

10 November 2022   00:41 Diperbarui: 10 November 2022   05:20 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tertatih ingatanku berusaha cepat-cepat menuliskannya, melompati waktu pada suatu siang di sebuah warung cepat saji di pinggir jalan, dekat jalan layang dan perhentian bis, mungkin saat itu sedang menunggu perjalanan ke arah timur, atau sekedar mengelilingi ruas jalan yang berputar di situ-situ saja.

"Jadi, pesan apa?"
"Samain, aja"
Selalu begitu, pesanan yang tak mau berbeda, kecuali untuk minum..
"Jus melon, ya."
Nah, kan..

Wajahmu sedikit muram, ditambah dengan kaos hitam lengan panjang, turtle neck yang rasanya membuat siang yang gerah menjadi terasa pengap, tapi dirimu anehnya selalu bagus memakai apa saja.  Beige kesukaanku, tukasmu pada suatu waktu.

Tak seperti biasanya, setelah mengingatkan pesanan minum, dirimu hanya diam.  Muram.

"Kenapa, lagi?"
Menggelengkan kepala, kali ini ada sedikit genangan bening di matamu yang pelan merebak.
"Hey.."  Tangan dinginmu diam saja saat kugenggam.

Pelan-pelan wajahmu terangkat, menatapku, dan memecah hening. Bukan, siang itu justru sedang ramai-raminya, segala kendaraan bermotor melintas, angkot yang rajin membunyikan klakson, motor yang seakan-akan bergegas semuanya entah kemana, derum truk beroda banyak yang melintas di jalan layang, taksi yang kosong, dan bis yang sedang menunggu penumpang.

Dirimu lah yang menciptakan keheningan sendiri.

"Malam ini, kita ke kotamu, ya?"
Matamu memohon. Dan aku selalu tak pernah mampu berkata tidak. Aku cuma mampu mengangguk.

"Memang masih sempat? Terus kerjaanmu?"
"Masih, masih ada bis terakhir satu jam lagi"
Itulah kamu, yang sepertinya bisa hapal detil apapun terkait waktu, termasuk jadwal angkutan apapun yang ada di terminal dan perhentian di kotamu itu.

"Oh, soal kerjaan.  Aku nanti ijin sama temenku"
"Memang, boleh?"
"Boleh ngga boleh. Harus boleh"
Kemudian memandangku lagi, tapi cuma sebentar, sebelum pesanan kita datang.  Semangkuk nasi dengan ayam goreng yang disiram dengan saus entah apa.  Hal sederhana yang membuatku kagum denganmu adalah, betapapun tidak moodnya dirimu, tetapi selalu saja makanan yang ada kau habiskan.

"Pesan nenek dulu begitu, makanan harus dihabiskan, sayang rejeki disia-siakan"

Setelah itu kau pasti akan dengan senang hati bercerita tentang nenekmu yang sepertinya orang yang paling baik dalam hidupmu, yang selalu tak ingin membuatmu kesepian karena sering ditinggal bekerja oleh orangtuamu.  Tentu nanti sesekali bercerita tentang kakekmu yang guru ngaji itu, sembari tambahan bonus cerita tentang ayunan besi di teras rumahmu yang entah kenapa menjadi sangat mengesankan.

Rupanya, tak lama setelah makananmu habis, cukup mempengaruhi suasana hatimu, yang nyatanya memang terkadang suka berubah-ubah dan mendadak berubah arah.

"Aku tak jadi ikut ke kotamu, deh"
"Eh, kenapa lagi?"
"Aku tidak mau mengganggumu minggu ini, nanti saja aku menyusul ke kotamu dua minggu lagi, ya?"
"Beneran, nih?"

Dirimu hanya tersenyum. dan mengangguk.

Begitulah, dirimu lalu mengantarku sampai perhentian bis antar kota.  Melambaikan tangan sesaat setelah bis melaju.
Baru lima menit merayap, ada notifikasi masuk di telepon genggamku dan sebaris pesan berpendar muncul.

"Aku sudah rindu, lagi." 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun