Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Fiksi Juga Perlu Riset

30 Oktober 2022   05:46 Diperbarui: 30 Oktober 2022   06:25 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Pernah mencoba membuat sebuah fiksi, yang awalnya dikira gampang karena isinya cuma hayalan semata, ternyata tidak semudah itu, apa yang disusun menjadi rangkaian cerita ternyata harus berdasarkan riset juga, paling tidak mengenai tokoh dan latar belakangnya.

Semisal cerita pendek saja, latar belakang tempat cerita harus digambarkan dengan baik, bagaimana suasananya, mungkin keadaan cuacanya, serta keadaan sekitar, atau malah gambaran spesifik tentang sebuah tempat. Dan itu tak bisa tergambarkan dengan tanpa adanya riset, paling tidak berbentuk pengamatan terhadap tempat tersebut, baik berupa pengalaman langsung maupun melihatnya melalui media lain seperti video dan buku yang bisa memberi bayangan tentang lokasi tersebut.  

Contohnya pada Supernova: Petir, dimana Dewi Lestari menggambarkan situasi rumah tua warisan orang tuanya dan tranformasinya menjadi Elektra Pop, tergambarkan dengan bagus.  Atau bagaimana bung Smas bisa menggambarkan dengan baik lokasi rumah tokoh cerita dan kondisi sekitar kampung Krapyak di serial Noni.

Menggambarkan karakter seseorang dalam cerita fiksi pun nyatanya tak sekedar bercerita tentang 'aku', 'kamu' dan 'dia' saja.  Penggambaran secara fisik dan kondisi psikis akan menjadikan fiksi menjadi hidup dan pembaca menjadi seakan masuk ke dalam ceritanya karena seakan kenal dengan tokoh dalam cerita fiksinya.  

Misal tokoh Hercule Poirot dalam novel-novel Agatha Christie, karena digambarkan dengan cukup akurat, pembaca bisa membayangkan bagaimana sosok detektif yang digambarkan memiliki kepala berbentuk bulat telur, berkumis dengan sikap yang selalu percaya diri setiap menyelesaikan sebuah kasus kejahatan.

Cerita fiksi akan terasa kosong dan 'tak bernyawa' tanpa melalui proses riset, tanpa melalui pengamatan yang kemudian berusaha diwujudkan dalam alur hayalan, pembaca pun tak akan betah membacanya, memang terkadang perlu proses yang tak singkat untuk itu. Novel Jomblo karya Adhitya Mulya misalnya, dibuat berdasarkan pengalamannya selama masa kuliah di jurusan teknik sipil di Bandung pada tahun 90-an, jadi novel bisa dibilang itu menggambarkan demografi mahasiswa di kota Bandung di era itu dengan cukup detil dan bagus.  

Novel Laskar Pelangi juga dibuat oleh Andrea Hirata berdasarkan kehidupannya selama menjadi pelajar di pulau Belitong di masa PT Timah masih jaya, ingatan dan pengamatannya selama masa itu tertuang dengan baik di novelnya, begitu juga hasil pengamatannya selama bekerja dan hidup di Bogor dan melanjutkan kuliah di Paris.  Semua terpaparkan dengan cukup jelas sehingga pembaca hanyut sekan-akan ikut dalam alur kehidupan si Ikal sedari kecil di pulau terpencil hingga berpetualang di sekujur tubuh Eropa.

Makanya itulah kenapa akhirnya novel yang difilmkan, kadang menjadi kekecewaan bagi pembaca, karena semua hasil riset penulis yang digambarkan secara imajinatif di sebuah buku, tak berhasil digambarkan dengan baik oleh sutradara film di layar lebar.  Lebih-lebih karya penulis lokal, itu karena sulitnya mewujudkan apa yang diceritakan di buku ke wujud visual.  Apalagi tentu saja semakin tidak mudah memadatkan novel yang biasa dibaca berjam-jam ke dalam film yang cuma ditonton sekitar dua jam.  Belum lagi karakter yang tidak sesuai dengan yang tertancap di imajinasi.

Jadi begitulah, walau karya fiksi terkesan cuma hasil imajinasi, tapi nyatanya tidak sesederhana itu, tetap perlu alur pikir logis untuk membuat sebuah cerita yang nyaman dibaca dan diikuti, serta terasa hidup dan bernyawa di pikiran pembaca.  

Dan itu hanya mungkin jika penulisnya memiliki mata yang tajam untuk menangkap fenomena di sekitarnya serta mengolah pengetahuannya untuk dikombinasikan menjadi kisah yang menarik dan tak bosan untuk dibaca dan dinikmati.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun