Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sandyakala Toko Buku dan Perpustakaan

25 Oktober 2022   13:32 Diperbarui: 25 Oktober 2022   13:47 337
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari silam, mengunjungi salah satu dari tiga toko buku yang ada di kota kecil ini karena ada yang ingin dibeli, kebetulan toko buku itu berada di lantai dua, lantai satu diisi oleh peralatan tulis menulis (stationery).  Seusai membeli buku agenda dan balpoin, terus naik ke lantai dua, melihat toko buku yang rasanya lama tak disambangi.

Beberapa rak dipenuhi dengan LKS (lembar kerja siswa) yang biasanya diwajibkan sebagai pendamping buku teks setiap mata pelajaran, baik dari tingkat SD sampai SMA.  Itu pun tak semuanya lengkap, repotnya cuma satu toko buku itu saja yang menyediakan LKS.  Alternatif lain jika stok habis cuma bisa memesan secara online di market place.

Sementara rak lainnya diisi oleh buku-buku stok lama yang sepertinya tak berubah sedari dikunjungi beberapa bulan silam.  Buku pengetahuan umum, buku-buku agama, yang sebagian dipajang seadanya.  Sementara di sudut lain ada beberapa majalah lama, majalah baru sudah lama tak terlihat di kota kecil ini, kalau ingin majalah baru sepertinya harus ke toko buku Gramedia, yang  entahlah apa masih menyediakan majalah dan lengkap, lama juga tak berkunjung ke situ.

Masih di toko buku itu, deretan novel lokal cukup banyak selain beberapa novel yang tak begitu baru terpajang di rak sebelah barat, tak lagi sempat mengamati rak-rak lain karena sepertinya tak begitu di update. Apalagi rasanya sepi sendiri di antara rak-rak buku yang lengang, cuma ada dua orang lainnya di meja kasir yang juga tak banyak kegiatan.

dok. pribadi
dok. pribadi

Beberapa hari kemudian, karena ada keperluan maka pergilah ke kantor Dinas Perpustakaan terdekat, sepertinya tertata dengan cukup rapi, bahkan sebelum pintu masuk terpajang beberapa majalah anak dan tabloid keluarga.  Setelah memasuki pintu, ada tiga orang petugas di meja sisi barat, tidak tahu persis apakah mereka pegawai tetap atau tidak.

Perpustakaan sejatinya memang haruslah senyap, tapi bukan berarti sepi pengunjung.  Siang itu sepertinya pengunjung juga tak begitu banyak.  Hal yang sebenarnya menyenangkan, yang artinya tak perlu berebut buku yang diinginkan, akan tetapi itu dulu saat masih menyenangkan saat menemukan salah satu judul novel misteri karya Agatha Christie yang bersampul hitam masih ada di rak buku, rasanya seperti menemukan harta karun.

Sekarang, perasaan seperti itu sepertinya tak lagi seindah di masa lalu, orang-orang juga sepertinya ke perpustakaan tak lagi mencari hiburan dan ketenangan, tetapi cuma memenuhi daftar pustaka di lembaran tugas yang mungkin tak ditemukan di internet.  

Jaman digital rupanya benar-benar bisa perlahan merubah perspektif manusia akan buku dan perpustakaan.  Referensi apapun bisa dicari di internet, literatur tentang apa saja bertebaran, tinggal mencari dengan kata kunci yang tepat segalanya bisa didapat.

Kalau sudah begitu, sampai kapan lembaran-lembaran kertas berjilid bisa bertahan di sudut-sudut  rak toko buku, di sisi kanan kiri lorong perpustakaan, sampai kapan wangi buku yang dulu menyenangkan  bisa terus dirindukan, apakah semuanya suatu saat akan menjadi sandyakala yang akan tenggelam dan menyisakan kenangan?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun