Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Dosen - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Bola

Kerusuhan yang Janggal di Kanjuruhan

5 Oktober 2022   22:33 Diperbarui: 6 Oktober 2022   07:22 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan beberapa waktu silam masih menyisakan banyak pertanyaan dan kejanggalan, serta tentu saja gumpalan kekesalan.

Bagaimana tidak, bagiku ada beberapa hal yang aneh sedari awal gelaran sepakbola itu dipaksakan untuk digulirkan.  

Pertama adalah panitia pelaksana yang mencetak tiket pertandingan melebihi kapasitas stadion, kebayang betapa penuhnya penonton saat pertandingan dilaksanakan. 

Ditambah dengan usulan dari kepolisian setempat untuk memajukan jadwal pertandingan menjadi sore hari, yang kemudian ditolak oleh PT LIB dengan alasan kontrak jadwal dengan pihak televisi yang menyiarkan pertandingan.  Anehnya kok perusahaan dengan nyamannya bisa menentang usulan kepolisian, hanya gara-gara rating tayangan televisi?

Kedua, tentu saja puncak tragedi di dalam stadion, saat gas air mata ditembakkan membabi buta, bahkan ke arah tribun yang tidak dalam keadaan chaos sama sekali.  

Belum lagi sudah menjadi rahasia umum bahwa perilaku pelepasan gas air mata sendiri yang sebenarnya menyalahi prosedur pengamanan saat pertandingan sepakbola.   

Penanggungjawab penembakan gas berbahaya ini pun, sampai tulisan ini diketik, masih saja mbulet,  tak jelas siapa yang memberi perintah. Yang ada ngeles sedari awal bahwa itu sudah sesuai prosedur.

Ketiga adalah kejadian pasca penonton yang panik, menuju pintu keluar yang ternyata terkunci.  Jubelan manusia yang tertahan tak bisa keluar ditambah sesak akibat gas air mata.. 

Saya sedari kemarin ikutan sesak napas membayangkan kepanikan yang terjadi saat itu.  Mau keluar pintu terkunci, sementara mau balik sudah dikepung gas.

Keempat, tak ada petinggi terkait yang benar-benar mau bertanggungjawab atas kematian ratusan manusia di tempat kejadian.  Entah apa yang ada di benak mereka sampai tak punya empati sama sekali seperti itu.  Pun  melihat fakta bahwa dunia sudah menyorot kejadian mengerikan ini. Tapi tak jua ada yang bergeming dengan rasa malunya.

Terakhir, adanya rekaman viral berisi pengakuan seorang tukang dawet yang katanya menyaksikan langsung kejadian dari pintu stadion tiga.  Ajaibnya malah sok tau bahwa seakan-akan gas airmata itu bukanlah sesuatu yang berbahaya dan cenderung menyalahkan suporter yang brutal dan entah bagaimana bisa dengan detil menuduh bahwa banyak suporter yang mabuk.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun