Mohon tunggu...
R. Syrn
R. Syrn Mohon Tunggu... Lainnya - pesepeda. pembaca buku

tentang hidup, aku, kamu dan semesta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Silhuet Plaosan

4 Oktober 2022   20:15 Diperbarui: 5 Oktober 2022   14:22 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

..if God's the game that you're playing
well, we must get more acquainted
because it has to be so lonely..
to be the only one who's holy
-playing God/Paramore-

Jalanan sore itu basah, sangat basah, beberapa ruasnya malah tergenang, seperti danau-danau kecil yang sesekali berkecipak, memercik air membasahi kaki-kaki yang tak bisa menghindar, tak sempat diangkat dari pijakan sepeda motor.  Sementara beberapa mobil dan sesekali truk bermuatan tak punya syaraf perasa untuk memikirkan bahwa lajunya bisa menghantamkan air jalanan sampai ke badan.. lagi-lagi para pengendara motor yang sial dan cuma bisa mengumpat di tengah derasnya hujan.

Aku salahsatunya, cuma bisa merapal sumpah serapah setelah sadar lupa membawa jas hujan, yang seharusnya lengkap dengan celana berbahan plastik, tapi rupanya tertinggal di gantungan halaman belakang, setelah kemarin juga diselaputi air hujan sepanjang pulang, dari kampus.  Tadinya jam limabelas tepat, hanya gerimis sesampai bunderan kecil depan kampus, tapi makin ke selatan langit menggelap dan hujan semakin riang berbondong turun dari langit.

Tiga kilometer berikutnya, gendang telinga masih memantulkan kalimat yang kamu lontarkan pelan, di teras perpustakaan pusat, sebelum dirimu melangkah ke arah parkiran barat, menuju night rider yang padahal baru minggu kemarin aku bawa memboncengmu ke pasir pantai, selatan kota.

"Kamu itu, apakah bodoh, atau naif? Juga untuk apa posesif? Aku ini bagimu apa?"

Rangkaian tiga pertanyaan itu yang terus menggema tanpa henti, memantul-mantul di tempurung kepala, berputar-putar..

It's like I'm paranoid lookin' over my back
It's like a whirlwind inside of my head
It's like I can't stop what I'm hearing within
It's like the face inside is right beneath my skin

Sayup, malah otakku membandingkan pertanyaanmu dengan papercut-nya Linkin Park, band yang dirimu cintai setengah mati.. "maaf dirimu tiada harganya dibanding chesternya linkin'" katamu suatu saat. Entah apa maknanya, perbandingan yang tak memadai antara aku dengan almarhum Bennington.

Entah sudah kilometer berapa, saat motorku mengarah ke arah Prambanan, dan entah lewat ruas jalan mana saja aku tak ingat lagi, ada beberapa ingatan singkat yang sepertinya ter-skip begitu saja.  Aku hanya ingat bahwa harus mencegatmu ke arah timur, untuk menjelaskan, paling tidak menjawab ketiga tanyamu.

Sampai akhirnya matahari turun, menyisakan silhuet Plaosan, saat penantianku berakhir, melihat night rider-mu melintas.  Aku berteriak, melambaikan tangan.  Dirimu berhenti, memancarkan kecewa dari dalam matamu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun