Mohon tunggu...
Dian Alifirdaus
Dian Alifirdaus Mohon Tunggu... Petani - Penulis Pembaca dan Pendengar

Tidak semua yang mengkilap itu emas atau berlian.Tak penting bagaimana bangkainya, namun lihatlah! Apakah ada yang istimewah dalam hatinya💕 Instagram @dian_alifirdaus 💕

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Ukuran Nikmat

28 Januari 2020   12:08 Diperbarui: 3 Februari 2020   21:03 588
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
seorang nelayan sedang melaut. image by pinterest/Hanyu Qiao

Pak Budi sehari - hari bekerja sebagai nelayan dan pekerjaan itu ia tekuni selalu walau hasil tak menentu. sudah puluhan tahun beliau menjalani profesi nelayan. Masih ingat ketika beliau pertama kali melaut, beliau mengalami kepanikan yang tak karuan ketika perahunya sudah berada di tengah lautan, teman-teman seprofesinya tertawa melihat ketakutan yang dialami Pak Budi, bagaimana tidak pertama kali melaut terus berada di tengah laut yang kedalamanya.


Tapi itu dulu lain dengan sekarang, pekerjaan menangkap ikan dan biota laut lainya telah membuat Pak Budi nyaman hinga beliau merasa tidak ada yang perlu ditakutkan, laut yang dalam dan ombak yang besar sudah tak membuat nyali beliau ciut, dengan semangat gagah beliau arungi lautan nan biru.  Baginya laut biru bukan lagi sebuah tempat yang penuh misteri, melainkan laut adalah ke indahan yang menghadirkan berbagai manfaat yang diberikan Tuhan. Pak Budi sadar betul tujuanya satu mencari rejeki di lautan.

" Sarapan dulu Pak, ini kopi dan singkong gorengnya," Istri Pak Budi memanggil dari arah dapur. 

Pak Budi menghentikan sejenak, mempersiapkan apa saja yang beliau akan bawah melaut.

 Pak Budi menyeruput kopi hitam yang manis dang singkong goreng yang renyah, beliau begitu menikmati sarapan. Setelah selesai sarapan pagi beliau pun  menuju dermaga Kalibalang, Kalibalarang tempat di mana berkumpulnya perahu nelayan. Kalibalang juga nama desa tempat tinggal Pak Budi. Desa Kalibalang dekat dengan daerah pesisir pantai, sebuah desa yang indah dan warganya sejahtera.

" Jangan lupa berdoa Pak," kata istri pak Budi.
" Iya Bu, " jawab Pak Budi Singkat.

Istri Pak Budi tersenyum kecil. Hatinya merasa sedih setiap kali melihat perahu suaminya menanggalkan pesisir pantai. Istri Pak Budi khwatir akan kepergianya melaut karena trauma, tahun lalu Pak Budi pernah dibawah arus gelombang yang sangat kencang dengan beberapa rekan lainya, biasanya sebelum matahari terbit pak Budi sudah pulang dari melaut, tapi waktu itu Pak Budi kembali dari melaut pukul 9 malam. Meski pulang dengan selamat tetap saja perasaan cemas istri dan anak Pak Budi tidak bisa dibohongi..

 *********

Suara ayam berkokok menyambut pagi, suasana aktivitas insan di desa Kalibalang mulai ramai, ada yang pergi ke pasar, ada yang pergi ke kota dan ada yang pergi ke laut, padahal hari minggu seperti ini kebanyakan nelayan berlibur melaut. 

Hari minggu para nelayan sibuk menjual ikan hasil melaut hari kemarin ke ke pasar, di Kalibalang ada pasar dan pasar itu bila hari minggu sangat ramai karena biasanya banyak pengunjung berlibur ke Kalibalang dan mampir dan belanja di pasar tersebut

" Hari ini libur dulu melaut Bu, hasil tangkapan ikan kemarin masih cukup buat lauk hari ini dan besok,"  kata Pak Budi pelan.


" Iya Pak hari ini istirahat saja di rumah memulihkan otot syaraf yang kaku," sahut istri Pak Budi.
 
Dan Pak Budi bergegas meninggalkan rumah, tanpa ijin lagi dengan istrinya. Bercelana motif batik sandal jepit dan baju kaos putih dan berpeci Pak Budi ikut nimbrung di warung Bu Markona. Dan warung Ibu Markona salah satu tempat favorit tempat warga desa Kalibalang berkumpul,  warung Bu Markona buka lebih cepat,  jam 6 pagi sudah buka. 

Ada beragam makanan yang dijual disini, seperti pisang goreng, singkong rebus dan jagung rebus. Dan minumnya tersedia kopi dan teh, harganya sangat terjangkau. Hari minggu lebih rame daripada hari lainya, dan tentu pemasukan Bu Markona lebih banyak.

************
Di warung Ibu Markona itu mereka diskusi apa saja, dan memang keadaan demikian sudah mereka lakoni setiap minggu. Berkumpul dan membahas apapun adalah kegiatan rutin, kalau bukan di hari minggu tidak ada hari lain karena di lain hari minggu semua pada sibuk. Kecuali beberapa nelayan yang tetap bekerja, karena mereka bekerja mengunakan perahu milik usaha  konglomerat.

" Tolong buatkan kopi ya Bu,  jangan terlalu manis ," pinta seseorang laki-laki yang berpenampilan rapi, memakai baju kemeja dan bersepatu kulit yang bersih. Pria itu berasal dari luar kota , dia adalah seorang konglomerat yang berasal dari Jakarta. Kedatanganya kesini tak lain untuk mengambil ke untungan dari nelayan yang bekerja denganya. Sebenarnya orang-orang yang di warung Bu Markona itu tidak merasa heran dengan datangnya laki-laki tersebut. Cuman mereka tidak suka cara pria itu berbicara, terkesan sombong mengurui dan memaksakan standarnya.


" Ini Pak kopinya silahkan di minum," 
Bu Markona mempersilahkan.
" Terima kasih," jawab sang laki laki itu seketika menyeruput kopi hitam.

" Kalian kenapa tidak melaut ? tanya sang konglomerat basa-basi.
" Hari ini kita libur , kita semua telah menggagendakan dalam satu minggu harus libur dulu dari rutinitas melaut ," jawab seseorang di warung tersebut. 

 Konglomerat itu menganguk datar dan membuang pandangan ke arah kopinya.
" Seharusnya kalian itu tidak boleh berleha-leha seperti ini, kalian itu harus tetap melaut supaya penghasilan kalian lebih banyak ," komentarnya.

Tidak ada yang membantah ucapan dan argumen, semua berpandangan satu sama lain. Ibu Markona melirik ke salah satu pria yang ada di warungnya, dari gerak matanya menyatakan ketidaksukaan karena obrolan sang konglomerat terlalu berat, dan tentu itu menganggu .


" Hmmmm terus kalau kita melaut hari ini, dan memperoleh hasil yang lebih banyak terus kami harus apa ?  setelah itu apa lagi yang harus kami lakukan," lantang Pak Budi menjawab.

  " Ya otomatis penghasilan kalian banyak, kalian bisa menjual ikan-ikan kalian, dan kalian bisa membeli lagi perahu yang lebih besar, kalian bisa menambah jumlah pukat dan nilon kalian, " ujar Konglomerat itu.
" Terus jika kami memiliki semua hal yang bapak katakan, selanjutnya kami harus apa , " pak Budi menjawab dengan akhiran kalimat yang sama.

" Tentu saja jika semua itu sudah kalian miliki, kalian akan kaya seperti saya. Dan kalian bisa membeli apapun yang kalian mau setelah itu kalian bisa menikmati hidup kalian dengan bersantai , " sahut konglomerat itu tersenyum tegas. Para nelayan tersenyum pula satu sama lain mendengar jawaban sang konglomerat, apalagi Pak Budi sepertinya sudah sangat lelah mendengar argumentasi dari konglomerat itu.

" Oh jadi setelah kami memiliki itu dan menjadi kaya, dan kami baru boleh menikmati hidup dan bersantai. Menurut anda kami di sini sedang apa ? tidakkah anda memperhatikan apa yang kami lakukan di warung ini," Sanggah Pak Budi. Dari jawaban Pak Budi bisa disimpulkan bahwa mereka sedang bersantai menikmati hari libur mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun