Mohon tunggu...
Rahmad Dwi Hartanto
Rahmad Dwi Hartanto Mohon Tunggu... -

Menulislah, maka kau sudah menciptakan mesin waktu.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hidup: Proses Memilih

9 Januari 2018   17:10 Diperbarui: 9 Januari 2018   18:03 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Assalamualaikum, selamat tahun baru untuk semua saudara pembaca ku  semua, di tahun yang baru, semoga lembaran hidup kalian semua lebih  indah dari lembaran yang lama, dan semoga ketika kalian membaca tulisan  ku kali ini, kalian dalam keadaan sehat selalu, aamiin. Seperti biasa,  mari kita bercerita sedikit, kali ini tentang persoalan kehidupan,  syedap.

Beberapa waktu yang lalu, ntah ada angin apa, aku di hubungin sama salah  satu teman tongkrongan lama ku yang sebut saja namanya Joko, biasalah,  say Hi, nanya kabar dan skripsi hal lainnya. Hingga pada akhirnya, timbul sebuah pernyataan dari doi.

"Mana aja kau, kok dah gak pernah dateng lagi kemari, sombong kali kau!" - Joko, 21 tahun

Skip di pernyataan doi ya, aku mau cerita dulu, memang untuk beberapa  bulan belakangan ini, aku cuman ngumpul atau nongkrong dengan beberapa  orang saja, udah gak seperti dulu lagi, yang rutinitas nongkrong dengan  beda beda orang itu aku anggap biasa, yang malem ini dengan siapa, besok  dengan siapa, lusa dengan siapa.

Bukan aku anak gaul, hanya saja aku mengakui, selama 21 tahun aku hidup,  ruang lingkup permainan dan pergaulan aku udah bisa dikatakan luas,  berteman mulai dari yang paling bejat hingga yang paling alim, semua aku  temanin, karena pada dasarnya aku gak pernah milih milih teman, selagi  aku bisa ambil positifnya dan gak ngikutin negatifnya, kenapa harus  milih milih.

Perkara milih milih ini yang sekarang benar benar aku rasain, seperti  yang aku bilang tadi, beberapa bulan ini, aku hanya ngumpul dengan orang  itu itu aja, alasannya sederhana, aku di tampar sama pikiran tentang  masa depan. Naif memang, tapi itulah yang aku rasain sekarang.

Kejadian ini timbul pada suatu malam, sekitar jam 7an, aku baru bangun  tidur, biasalah namanya juga manusia kalong, tidur pagi, malamnya baru  beraktivitas, aku langsung siap siap mandi setelah itu rencana mau  berangkat ke tempat tongkrongan, tapi, setelah siap mandi dan make baju,  aku dapat telfon dari Kepala Negara alias Bapake di rumah, doi nanya  lagi ngapain dan aku jawab baru bangun terus abis mandi mau pergi ke  tempat biasa nongkrong. Tiba tiba, doi ngomong gini.

"Mau sampai kapan kaya gitu terus? Kau tuh udah tua, mau sampai kapan diam di tempat aja?" - Kepala Negara

Bajingan, aku langsung diem cuy, gak tau mau ngomong apa, disitulah aku  mulai mikir, emang iya, udah saatnya aku mulai memilih dengan siapa aku  harus menghabiskan waktu, karena disaat kaya gini aku butuh orang orang  yang bikin aku bergerak untuk ngelakuin sesuatu yang setidaknya berguna  kedepan, tidak hanya sekedar memikirkan perkara senang senang yang  ketawa ketiwi aja.

Bukan, bukan aku gak mau berteman lagi dengan teman teman aku yang  seperti itu, aku cuman pergi sebentar dari zona nyaman, aku ngerasa ini  merupakan fase hidup aku, dimana ini saatnya aku ngerasain jenuh dengan  pola hidup yang gitu gitu aja, jadi aku mulai menghindar sejenak.

Jujur, aku sekarang merasa ada sesuatu yang harus aku kejar, tapi aku  masih mencari apa yang harus aku kejar, salah satu metode yang aku  lakuin adalah lewat obrolan bareng orang orang yang ngerasain hal yag  sama kaya aku.

Dulu yang kalau ngumpul ngomongnya cuman sekedar ocehan bualan, sekarang  udah ngomongin project apa yang mau dilakuin, kerjaan apa yang bisa  dijadiin duit, apapun yang mulai berbau serius deh, aku percaya  sekarang, ketika definisi senang senang itu cuman sekedar ketawa ketiwi  tapi menjadi sebenearnya sesuatu yang lebih dari pada itu.

Nah, omongan diatas tadi, tidak bisa aku temuin di semua tempat  tongkrongan, kadang kalau mulai membahas masalah kaya begitu di salah  satu tongkrongan isinya orang orang yang isi otaknya miras doang, kaga  nyambung cuy, yang ada aku dikira mabuk duluan padahal belum minum.  Atau, di tempat yang isinya orang orang yang ngomongin perempuan aja,  yang ada aku disuruh pulang cuy.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun