Mohon tunggu...
Razin IsyraqThirafi
Razin IsyraqThirafi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Mahasiswa Teknologi Sains Data Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Maraknya Kasus Kebocoran Data dan Upaya Meminimalkan Potensinya

11 Juni 2022   08:17 Diperbarui: 11 Juni 2022   08:20 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Di era pesatnya perkembangan teknologi digital saat ini, data merupakan komponen penting dan perkembangannya merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan. Pada tahun 2018, lebih dari 2.5 quntillion bytes data dihasilkan dari aktivitas penggunaan teknologi setiap harinya, dan diproyeksikan akan terus bertambah kedepannya.

Namun, disamping masifnya produksi data yang dihasilkan setiap harinya, sering kita temukan berbagai kasus tentang kejahatan siber yang tidak lain berawal dari kebocoran data pribadi seseorang. Keamanan data digital di Indonesia masih dinilai kurang. Berdasarkan ThreatMetrix Q2 Cybercrime Report, wilayah Asia Pasifik mengalami peningkatan sebesar 45% dalam kejahatan cyber. Hal ini juga dibuktikan dengan berita-berita seputar kasus kebocoran data di tanah air seperti bocornya data 2 juta nasabah BRI Life, bocornya dan diperdagangkannya data 91 juta akun Tokopedia pada tahun 2020, dan masih banyak lagi.

Kasus kebocoran data ini tentunya dapat disebabkan oleh beragam hal seperti orang-orang yang tidak bertanggung jawab, serangan siber seperti malware, bahkan juga sering disebabkan oleh human error dari para pemilik data itu sendiri. Memang, kasus kebocoran data umumnya terjadi diluar kendali kita sebagai pengguna teknologi. Namun meski begitu, terdapat beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk melindungi keamanan data kita serta meminimalisir terjadinya kebocoran data.

Upaya pertama adalah dengan mengganti password akun-akun yang dimiliki secara rutin, dan membuat password yang berbeda pada tiap akun yang tentunya memiliki tingkat kekuatan yang baik. Ada baiknya juga untuk menggunakan two-factor authentication, yang dimana hal ini memberikan lapisan keamanan tambahan pada akun yang ditautkan.

Upaya kedua yang dapat dilakukan adalah dengan tidak membuka tautan dari orang tidak dikenal dan atau dari sumber yang tidak terpercaya. Hal ini sering disebut sebagai phising, dan sering digunakan oleh para peretas untuk mendapatkan akses data pribadi pada gawai pengakses.

Upaya yang terakhir adalah dengan tidak membuang resi hasil belanja online, atau dokumen yang memuat identitas atau data pribadi secara sembarangan. Hal ini memang terdengar sangat remeh namun dapat menjadi awal mula terjadinya kebocoran data pribadi. Sangat dianjurkan untuk tidak membuang dokumen tersebut secara utuh-utuh. Sebagai contoh, dokumen-dokumen yang memuat data pribadi tersebut dapat dirobek hingga kecil-kecil atau dibakar terlebih dahulu sebelum dibuang.

Upaya perlindungan data ditengah derasnya arus perkembangan teknologi serta maraknya kejahatan siber saat ini merupakan tantangan yang cukup berat bagi semua pihak. Harmonisasi antara pemangku kebijakan, masyrakat umum, serta pihak instansi yang memiliki data berbasis digital ini sangat diperlukan untuk menaungi data masyarakat. Edukasi lebih lanjut terhadap masyarakat tentang pentingnya menjaga data pribadi masing-masing juga perlu untuk dilakukan. Dukungan pemerintah setempat berupa kebijakan perlindungan data, serta infrastruktur penunjang juga sangat diperlukan agar keamanan data di Indonesia lebih terjamin.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun