Mohon tunggu...
Raymond J Kusnadi
Raymond J Kusnadi Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis adalah sebuah keberanian

http://www.unite-indonesia.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Kekerasan Atlet Anak Jepang: Demi Medali Olimpiade

23 Juli 2021   00:31 Diperbarui: 24 Juli 2021   01:01 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Atlet Lawan Kekerasan (HRW)

Menurut ibu anak itu, pelatih mencekik anaknya sampai dia kehilangan kesadaran, dan kemudian memukulnya untuk membangunkannya dan mencekiknya lagi. Sang anak mengalami cedera yang menyebabkan pendarahan internal di otak, mengakibatkan gangguan kognitif seumur hidup.

Antara tahun 1983 dan 2016, setidaknya ada 121 orang yang meninggal saat berpartisipasi dalam sekolah judo di Jepang.  Tidak diketahui berapa banyak dari kasus-kasus ini yang melibatkan kekerasan dari pelatih.  Tetapi tingkat kematian pejudo di Jepang tidak dialami di negara maju lainnya.

Para ahli setuju bahwa kekerasan fisik dalam olahraga di Jepang memiliki sejarah panjang.  Beberapa telah mengaitkan hubungan antara olahraga dengan militerisme yang masuk ke pendidikan sekolah di era Perang Dunia Kedua.

Lima belas atlet di tim judo olimpiade telah menuduh bahwa pelatih mereka telah menampar, mendorong, memukuli mereka dengan pedang bambu, dan memaksa mereka untuk bertanding saat cedera. Dalam sebuah pernyataan bersama, ke-15 perempuan tersebut menulis:

“Kami sangat terluka baik secara mental maupun fisik karena kekerasan dan pelecehan yang dilakukan pada kami oleh mantan pelatih kami, atas nama bimbingan. Itu jauh melampaui apa yang seharusnya. Martabat kami sebagai manusia dipermalukan, yang menyebabkan beberapa dari kami menangis dan hati terkoyak.  Kami berpartisipasi dalam pertandingan dan pelatihan karena kami terus-menerus terintimidasi oleh kehadiran pelatih sementara kami dipaksa untuk melihat rekan satu tim kami menderita.”

Laporan ini dibuat oleh para atlet secara anonim karena takut akan adanya tindakan balas dendam dari pelatih.  Pada awalnya kasus ini diabaikan oleh Federasi Judo Nasional.  Kemudian para atlet mengajukan banding ke Komite Olimpiade Jepang, yang akhirnya mengambil tindakan terhadap pelatih.

Pelatih kepala tim judo wanita Olimpiade Jepang akhirnya mengundurkan diri di tengah tuduhan bahwa ia telah melakukan kekerasan fisik terhadap para atlet dalam persiapan menjelang Olimpiade London 2012.

Kegagalan Jepang untuk secara eksplisit melarang hukuman fisik terhadap anak-anak di semua peraturan nasional telah berulang kali dikritik dalam Tinjauan Berkala Universal (Universal Periodic Reviews) negara itu di Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa dan tinjauannya di hadapan Komite Hak Anak.

Pada tahun 2008, anggota Dewan Hak Asasi Manusia PBB merekomendasikan agar Jepang “melarang secara tegas segala bentuk hukuman fisik terhadap anak-anak, dan mempromosikan bentuk disiplin yang positif dan tanpa kekerasan.”  Rekomendasi itu kemudian diterima Jepang.

Dalam tinjauan terakhirnya di hadapan Dewan Hak Asasi Manusia, pada tahun 2017, Jepang kembali dicatat karena tidak adanya larangan eksplisit terhadap hukuman fisik di semua peraturan. Pada saat itu Jepang berusaha membela diri dengan mengatakan bahwa “makna hukuman fisik tidak sepenuhnya jelas,” tetapi pada akhirnya Jepang menerima rekomendasi Dewan Hak Asasi Manusia untuk secara eksplisit melarang semua bentuk hukuman fisik.

Selama bertahun-tahun, hak asasi atlet anak telah diabaikan terutama dalam hal perlindungan atas kekerasan dan pelecehan.  Namun represi tersebut telah membangkitkan semangat perlawanan dari para atlet.   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun