Mohon tunggu...
Raymond GivencheTampubolon
Raymond GivencheTampubolon Mohon Tunggu... Lainnya - Raymond

blessed

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dating Apss? Dapet Jodoh atau Malah Apes?

10 Desember 2021   12:54 Diperbarui: 10 Desember 2021   13:07 170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Zaman selalu berubah-ubah, dan masyarakat digital saat ini hampir seluruhnya mempunyai akun new media seperti Facebook, Instagram, Youtube, Twitter, dan lain-lain. Berdasarkan data internetworldstats, pengguna New media di Indonesia mencapai 212 juta dan banyak dari mereka menghabiskan waktunya hanya bermain di media sosial. Dengan fakta yang seperti itu potensi kejahatan di internet makin meningkat. Adapun bentuk bentuk kejahatan di media sosial beragam antara lain yaitu, pencemaran nama baik, penipuan, iklan judi, pornografi, dan masih banyak lainnya. Sebagai media komunikasi, internet dengan jejaring sosial bisa saja bersifat netral. Namun terkadang bisa sebagai pisau bermata dua, dampak negative bisa terjadi. Sebab bila berbicara di internet, semua ada disana dan banyak hal terjadi di sana.

Banyak kasus yang terjadi di media sosial ini, contohnya adalah penyalahgunaan aplikasi dating apps di new media ini. Melalui aplikasi dating apss, mereka dapat berinteraksi dengan orang baru, bahkan menemukan pasangan mereka. Persyaratan pembuatan akun dating apps biasanya meliputi nama, foto, tanggal lahir, email, no ponsel, dan lain sebagainya. Alih-alih sebagai tempat untuk berinteraksi dengan orang baru, tetapi tidak jarang ditemukan kasus seperti perkosaan, pelecehan seksual, atau bahkan hingga percobaan pembunuhan. Ketika kita memutuskan untuk mendownload dating apps, kita harus sudah siap juga untuk kecewa. Kekecewaan karena di ghosting (putus komunikasi), siap dibohongi, dan juga siap saat orang yang nantinya kita temui tidak sesuai ekspetasi yang kita harapkan.

Pelecehan seksual dari aplikasi dating apps bisa terjadi bahkan sebelum melakukan pertemuan tatap muka. Pelecehan sosial secara online bentuknya memang berbeda-beda, mulai dari membicarakan bentuk tubuh, membahas urusan seksual, mengirim foto ataupun video dan itu semua memang termasuk dalam kategori pelecehan sosial secara online. Namun sebenarnya hal tersebut bisa dihindarkan apabila pengguna mempunyai kepekaan yang tinggi, jika misal teman kencan sudah meminta hal yang tidak lazim sebaiknya langsung ditinggalkan saja dan juga diperlukan kehati-hatian yang besar dan jika diikuti perasaan tidak nyaman yang berkelanjutan, hubungan tersebut sebaiknya langsung diakhiri guna meminimalisir bentuk kejahatan secara online di aplikasi dating apps ini.

Jika dikaitkan dengan komunikasi antar budaya, meningkatnya aplikasi dating apps ini menjadi sesuatu yang massif, menjadikan aplikasi kencan ini menjadi budaya populer. Kenapa bisa disebut sebagai budaya populer, karena menurut Mcdonald budaya populer adalah sebagai sebuah bentuk kekuatan dinamis yang menghancurkan Batasan-batasan kuno dan juga tradisi yang ada. seperti yang kita tahu bahwa pada sebelumnya, budaya Indonesia dalam mencari pasangan lewat relasi atau pertemanan. Dengan cara cara yang sangat konvensional. Bertemu dengan orang secara langsung merupakan kunci apabila ingin mendapatkan pasangan. Namun berbeda di masa saat ini yang perkembangan zaman semakin berubah, dan budaya Indonesia juga sedikit berubah yaitu dating apps menjadi aplikasi yang dirasa mencari pasangan lebih efektif, efisien, dan juga tentunya praktis apalagi mengingat saat ini Indonesia dilanda pandemic Covid-19 yang meminimalkan untuk bertemu dengan seseorang.

Namun kembali lagi, pesatnya era globalisasi dan semakin mudahnya akses teknologi membuat segala aktivitas manusia menjadi lebih mudah. Seperti aplikasi dating apps yang memberikan kemudahan dalam mencari teman atau mencari pasangan. Namun. Kita sebagai pengguna juga harus bijaksana dalam menggunakannya. Aplikasi dating apps termasuk dalam budaya populer, yang mana banyak sekali pro dan kontra akan kebaruan hal tersebut karena ada beberapa norma yang tidak sesuai.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun