Mohon tunggu...
Rayhan Fakhriza
Rayhan Fakhriza Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiwa

Mahasiswa biasa yang sedang belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Serial "Twogether", Optimisme Televisi dan Pariwisata Indonesia

7 Juli 2020   17:13 Diperbarui: 7 Juli 2020   17:07 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

            Kalau saya disebut sebagai seorang yang tidak mengerti drama korea, memang iya. Banyak sekali sisi positif dari adanya serial tersebut. Twogether yang ditayangkan oleh Netflix. 

           Dengan platformnya, mereka dapat menjangkau jutaan orang di seluruh dunia dan memberikan angin segar bagi industri pariwisata Indonesia. Banyak UKM di Yogyakarta dan Bali yang juga bisa terbantu dengan adanya promosi ini. Tapi tulisan ini sejatinya hendak mengingatkan kawan-kawanku semua bahwa, "Ini tuh tanah air kita, keindahan alam kita, kenapa selalu orang lain yang mempromosikan?!".

            Saya melihat banyak fenomena di mana negara hadir dalam membangun industri televisinya. Sebagaimana industri animasi di Malaysia yang berhasil menghadirkan serial seperti Upin Ipin dan Boboiboy. Kalau teman-teman perhatikan, setiap credit titlenya muncul, terdapat logo Kerajaan Malaysia di sana. Bagaimana pemerintah atau dalam hal ini negara turun dan menjadikan besar industri pertelevisian negaranya.

            Beberapa opsi yang seringkali kita pilih adalah menggunakan media televisi asing untuk mempromosikan kearifan lokal. Sebut saja acara TV National Geographic : Uncharted yang menghadirkan Gordon Ramsay memasak Rendang bersama Chef William Wongso di Sumatra Barat.

            Terlepas dari kontroversinya di tanah air, program tv tersebut berhasil menjaring penonton mancanegara, dan itu adalah suatu fakta. Tapi kapan kita bisa punya TV nasional, yang penontonnya jutaan di seluruh dunia yang juga mempromosikan budaya kita? Kenapa orang-orang luar terus bukannya kita?

            Sebagai seorang manusia, kita harus menerima fakta dan data yang ada. Apabila promosi wisata melalui media internasional berhasil membuahkan hasil, itu adalah suatu fakta yang harus diterima dan kita harus obyektif atasnya. Namun saya ingin mengajak supaya kita jangan cuman numpang nama sama kemajuan dunia luar.

           Melihat kemajuan pertelevisian negara luar, mari melihat sejenak televisi nasional. Sinetronnya? Acara Beritanya? Dan masih banyak lagi tontonan yang menurut saya, perlu "ditingkatkan" lagi mutunya. Model acara televisi yang menonjolkan kualitas memang akan tergeser oleh acara yang mengedepankan rating. Tetapi ke depannya, penonton akan bergeser minatnya sehingga acara berkualitas akan menempati rating-rating atas.

            Kalau Korea Selatan bisa membuat drama korea yang ciamik yang menonjolkan budaya mereka, kita juga bisa melakukannya. Kalau Korea Selatan bisa membuat Reality Show di Yogyakarta dan Bali, kita seharusnya lebih bisa untuk membuat Reality Show yang lebih menarik lagi di Labuan Bajo, Belitung, Danau Toba dan Raja Ampat misalnya. Optimisme itu ada sobat. Apa salahnya belajar dari negeri lain untuk mempromosikan budaya kita? Salam Hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun