Mohon tunggu...
Rayhan Aydin Yunandhityo
Rayhan Aydin Yunandhityo Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

buah mangga buah kedondong

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Muktamar Membawa Senyuman bagi Pedagang Pinggiran

6 Desember 2022   13:30 Diperbarui: 7 Desember 2022   22:27 3007
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

                                                                                    Wati pedagang pecel pada acara Muktamar

Solo - Masyarakat Muhammadiyah berbondong-bondong datang dari berbagai daerah karena keterkaitan secara emosional dan solidaritas dengan organisasi Muhammadiyah mereka antusias sekali untuk hadir dalam muktamar. Berbagai kalangan umur dari muda sampai tua pun beramai-ramai datang dengan penuh semangat dan antusias.

Tidak hanya masyarakat Muhammadiyah saja yang ikut meramaikan acara muktamar, ada pun masyarakat yang ikut memeriahkan muktamar ini adalah para pedagang yang berjualan disekitar pinggiran De Tjolomadoe, hal ini dapat menjadi berkah rezeki para pedangang yang ada di sekitar De Tjolomadoe.

Muktamar Muhammadiyah membawa berkah rezeki tersendiri bagi para pedagang kecil di Solo dan sekitarnya. Terutama mereka yang berjualan di sekitar area lokasi muktamar seperti Edutorium UMS dan De Tjolomadoe. Banyak pedagang ataupun penyedia jasa yang sudah merasakan efek positif dari pertumbuhan ekonomi.

Begitu pula dengan Wati (55) pedagang pecel sayur, perempuan paruh baya ini mencari rezeki untuk melangsungkan hidup keluarganya melalui pedagang kaki lima. Ia berjualan di depan tjolomadoe Selain berjualan pecel sayur Wati juga berjualan soto di rumahnya. Berdagang adalah aktivitas sehari-hari baginya. Adanya acara muktamar ini menjadi cahaya terang bagi Watik, dengan ramainya penggembira muktamar yang datang di acara muktamar menjadikan dagangan Wati pembelinya lebih banyak dari biasanya.

Terik matahari di siang hari adalah temannya beraktifitas. Udara panas yang menggigit bagai sudah bersahabat. Kala orang lain tengah sibuk menghindari terik tersebut. Wati sang pedagang pecel sayur justru memulai aktifitasnya. Dengan bermodalkan gubuk sederhana ia sudah berjualan dua puluh tahun lamanya, susah senang sudah di rasakan Wati Ketika berjualan

Dengan berjualan Wati dapat meraup keuntungan dari warung makan mencapai Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu per hari tergantung ramainya pembeli hasil dari keuntungan tersubut di gunakan Wati untuk memenuhi kebutuhan sehari hari dan modal untuk berjualan keesokan harinya.

Saat ditanya apa kebahagiaan yang di dapat dari hasil berjualan pecel selama kurang lebih 20 tahun jawab  Wati  yaitu dapat membantu perkonomian keluarganya, memiliki banyak teman dan pelanggan. Pencapaian yang luar biasa dari hasil Wati berjualan adalah bisa menyekolahkan anaknya sampai lulus sekolah.

Semenjak Wati berjualan di pinggir jalan banyak pengalaman yang dirasakan suka duka sudah dirasakan Wati sejak dua puluh tahun lamanya. Dari terbit fajar hingga terbenam mata hari Wati menjual dagangannya di depan De Tjolomadoe, dengan senyuman yang ramah wati melayani pembeli yang datang. 

Semangatnya untuk berjualan sangat terlihat pada wajah Wati, keramahan Wati kepada pembelinya menjadi kunci banyaknya pelangan di warung makan tersebut, meski tempatnya yag sederhana Wati tetap menjaga kebersihan di warung makannya. cuaca yang tidak menentu bukan menjadi halangan buat Wati untuk tetap berjualan demi keluarga di rumah.

 Wati dan sesama teman pedangang nya semangat berjualan pun berkat adanya acara Muktamar ini, para pedangang lain pun sangat merasa bersyukur karna adanya muktamar membuat dagangan mereka laris.

“Alhamdulillah, berkat adanya muktamar ini jadi ramai dari berbagai daerah datang kesini, dagangan pun jadi ramai pembeli. Selama saya dagang disini diacara muktamar ini gak pernah sepi, pasti ada pelangan terus” ujar Wati

Ibu penjual pecel sayur tersebut pun mengaku senang karena di antara pembeli, tidak sedikit yang memberikan uang lebih. Sepanjang Jalan Adisucipto memang diramaikan pedagang yang ikut memeriahkan suasana.

Maka dari itu, berkat adanya acara Muktamar Muhammadiyah & Aisyiyah ini menjadi berkah parah pedagang kecil di Solo dan sekitarnya untuk ikut merayakan muktamar, menjadi penggembira sekaligus mengais rejeki menjajakan dagangannya.

Selama menjalankan profesinya, Wati juga sering mengalami pasang surut. Banyak suka duka yang telah dialami. Biasanya cuaca menentukan ramai tidaknya pembeli.

Di kondisi hujan pun, ia mengalami kesulitan terutama untuk dirinya sendiri dan para pembeli, karena letaknya yang berada di pinggir jalan dan tidak ada tempat untuk berteduh. "Suka nya kalo berdagang laris manis, terus duka nya ya banyak. Selain itu kalo musim hujan peminat nya sedikit berbeda kalau musim panas" ujarnya saat ditemui.

Wati pun yang sedang berdagang memberi pesan kepada orang-orang di luar sana yang ingin memulai bisnis atau berdangang. “harus giat bekerja, apalagi untuk menghidupi keluarga, anak-anak, kita harus kuat harus giat bekerja” ujarnya saat ditanya. Tak peduli usia yang sudah menginjak tua, ia mengaku enggan berpangku tangan.

Dari pinggir jalan inilah Wati mendapatkan rezeki, tidak hanya rezeki saja yang di cari selain mendapatkan rezeki untuk memenuhi kebuthan hidup Wati mempunyai pelangan yang setia untuk membeli dagangannya. Dengan rendah hati dan selalu bersyukur dengan pendapatnya sehari hari karena bersyukur dapat menambah keberkahan akan rezeki yang di dapat.

Tak hanya itu, Wati pun merasa senang setelah mendengar berita adanya presiden Republik Indonesia, Joko Widodo datang ke Solo untuk menghadiri Muktamar Muhammadiyah .Watik pun merasa bersyukur dan senang atas kehadiran presiden Republik Indonesia

“Seneng banget mas, tau ada pak Jokowi datang ke sini, walaupun kita gak bisa lihat langsung tapi saya seneng banget” ujar Wati  

Ia berharap ke depan adanya kunjungan khusus dari Pak Jokowi kepada para PKL, UMKM yang memang membutuhkan perhatian dan kepedulian dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun