Mohon tunggu...
Rayhan Aulia Prakoso
Rayhan Aulia Prakoso Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Masih anak SMAN 10 Malang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Idul Adha, Hari 'Restorasi' Gizi Fakir Miskin

26 Oktober 2012   13:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:22 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

IDUL ADHA. Setiap tahun kita memperingatinya, bebarengan dengan puncak ibadah haji. Hari di mana yang berkelapangan rezeki berkurban hewan ternak, hari di mana mereka yang fakir dan miskin 'merestorasi' gizi dengan pemberian daging kurban. Tahukah Anda kalau semua ibadah kurban bermula dari Nabi Ibrahim dan ibadah haji bermula dari istrinya Siti Hajar.

1351254000640571226
1351254000640571226
Kita bahas tentang ibadah kurban. Nabi Ibrahim dalam tidurnya bermimpi dirinya diperintah Allah menyembelih anaknya, Nabi Ismail yang masih kecil, untuk membuktikan janji Nabi Ibrahim untuk mengorbankan anaknya. Nabi Ibrahim terhenyak sejenak, lalu dia membicarakan hal itu kepada Siti Hajar dan Nabi Ismail. Siti Hajar mengatakan, "Kalau itu hanya sekedar bunga tidur, tak usah engkau lakukan. tetapi, kalau memang itu perintah Allah, aku rela." Perkataan serupa juga keluar dari mulut Nabi Ismail. Akhirnya ketika Nabi Ibrahim menyembelih anaknya, Allah menggantikan Nabi Ismail dengan seekor domba.
13512545311630854390
13512545311630854390
Ibadah haji juga tidak jauh-jauh dari keluarga Nabi Ibrahim. Waktu itu, Nabi Ibrahim meninggalkan Siti Hajar dan anaknya Nabi Ismail yang saat itu masih bayi untuk berdakwah di Palestina. Di Mekkah, di mana Siti Hajar berada, hampir tak ada sumber air. Saat itu, air susunya tak lagi keluar sehingga tak bisa menyusui Ismail yang terus menangis karena haus. Siti Hajar berlari memutari bukit Safa dan Marwah sebanyak 7 kali. Karena bingungnya, dia sampai meninggalkan Ismail yang terus menangis. Tanpa diduga, kaki Ismail menghentakkan tanah dan sejurus kemudian keluarlah air yang memancar begitu derasnya. Melihat itu, bukan main senangnya Siti Hajar dan segera meminumkan Ismail dengan air itu. Karena meluber ke mana-mana, Siti Hajar berkata, "Zam-zam!" yang artinya berkumpullah. Hingga saat ini, air Zam-Zam selalu dicari para jamaah haji karena khasiatnya yang dapat menyembuhkan segala macam penyakit, sesuai sabda Rasulullah SAW, "Sesungguhnya air Zam-Zam dapat menyembuhkan semua penyakit, kecuali satu hal yaitu kematian."
1351255449706431239
1351255449706431239
Idul Adha selalu identik dengan ramainya penjual hewan kurban di mana-mana. Penulis perhatikan, penjual hewan kurban mulai menjamur sejak hari Sabtu minggu lalu dan sampai hari ini masih ada, kemungkinan sampai hari Tasyrik yang terakhir. Yang membuat heran penulis, kenapa distribusi hewan kurban di beberapa masjid, termasuk di Masjid Istiqlal Jakarta, selalu menerapkan sistem pembagian di tempat. Padahal, kalau dilihat-lihat, cara seperti ini kurang tepat karena belum tentu semua daging kurban diterima yang berhak. Ditambah, belum tentu semua fakir miskin yang datang mengantre dengan tertib. Walaupun sudah ada petugas keamanan, tapi kemungkinan tidak tertib tetap saja ada. Maka dari itu, alangkah baiknya kalau pengurus masjid yang mengantar langsung daging kurbannya. Di samping lebih tepat sasaran, cara seperti ini dinilai lebih menguatkan tali silaturrahim antara pengurus masjid dengan fakir miskin. Belum selesai di situ, penulis juga menyoroti hewan kurban Presiden SBY yang selalu diserahkan kepada pengurus masjid dengan seremonial yang juga diliput pers. Bukankah itu termasuk riya', perbuatan memamerkan amal ibadahnya untuk menaikkan pamornya. Padahal, Gubernur DKI Joko Widodo yang menghadiri Sholat Idul Adha di Masjid Istiqlal tadi pagi, ketika ditanya sejumlah wartawan soal hewan kurbannya, Jokowi mengatakan, "Tidak perlu disebutkan. Itu riya' namanya." Seharusnya, penyerahan hewan kurban secara simbolik itu tidak perlu karena orang akan menyangka kalau sumbangan hewan kurban itu tidak karena Allah semata, tetapi untuk mendongkrak pamornya. Penulis berharap, untuk tahun-tahun mendatang, Idul Kurban akan lebih baik dari tahun ini. Dan, penulis juga berharap, pembagian daging kurban ke depan lebih tepat sasaran dan lebih bisa menjalin tali silaturrahim dengan sesama. Amin. Sumber : diolah dari beberapa literatur Foto : dokumen penulis dan Wikipedia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun