Secara gamblang teori ini menggapai sebuah kebenaran yang di aplikasikan dalam sebuah tindakan mengikuti pernyataan-pernyataan yang sebelumnya dianggap benar. “orang dulu bilang begini” maka “yaudah berarti kita harus begini”. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa pernyataan-pernyataan yang sebelumnya adalah salah.
- Teori Korespondensi
Teori ini yang menjelaskan suatu pernyataan dianggap benar sesuai dengan kenyataannya. Teori ini menggunakan pengalaman (empiris) dalam menggapai suatu kebenaran. Suatu pernyataan dianggap benar jika sesuai dengan obyeknya. Misalnya ibukota Indonesia adalah Jakarta, maka pernyataan itu adalah benar. Jika suatu pernyataan bahwa ibukota Inggris adalah Jakarta, maka pernyataan itu salah, sebab Jakarta merupakan bagian wilayah dari Indonesia. Teori koherensi juga menggunakan pengalaman dalam mencapai sebuah kebenaran namun berbeda dengan teori korespondensi. Jika dalam teori koherensi menyatakan sebuah kebenaran konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya maka teori korespondensi menyatakan sebuah kebenaran sesuai dengan fakta yang ada bukan “apa kata orang lain”.
- Teori Pragmatis
Teori ini menilai sebuah pernyataan benar jika dapat dipakai dalam kehidupan nyata, yang dilihat dari segi praktisnya. Jika suatu pernyataan tidak berguna bagi kehidupan nyata maka pernyataan itu dianggap tidak sesuai atau tidak benar. Pengguna teori ini menganggap sebuah kebenaran itu relative yaitu dapat berubah sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat direvisi secara berkala untuk kebutuhan praktis. Kebenaran dalam teori tidak ada yang mutlak, kebenaran hanya bertahan sementara sehingga jika kebutuhan dalam suatu waktu tidak sesuai dengan kebeneran yang sekarang maka diperlukan kebenaran yang lain.
Dari 3 teori di atas sadar atau tidak kita dalam kehidupan nyata sering menggunakannya, bukan salah satu bahkan semuanya pernah kita gunakan untuk bertahan dalam kehidupan bermasyarakat. Manusia hidup selalu mencari kebenaran begitupun juga kehidupan berorganisasi selalu mencari kebenaran alias yang terbaik untuk dilakukan. Tidak mengherankan jika sosial dan budaya tiap organisasi berbeda karena kebenaran tiap individu berbeda-beda.
Sering kita hadapi dalam kehidupan manusia hidup berkelompok karena ideologi yang berbeda-beda bahkan ideologipun sama masih juga dalam kelompok yang berbeda hal ini disebabkan afektif yang berbeda juga. Dari teori di atas memiliki kelebihan dan kekurangan, bukannya mengkategorikan harus menggunakan yang mana karna dari teori kebenaran di atas semuanya saling melengkapi dalam setiap keadaan, tergantung cara pemakaiannya saja kapan yang ini diperlukan kapan yang itu diperlukan. Jika setiap individu terus memaksakan kehendak ideologinya maka kelompok yang tidak ada ideologinya cenderung introvert, sebaliknya jika dalam kelompok sosial sesuai dengan ideologinya cenderung ekstrovert.
Sebenarnya masih banyak lagi pembahasan mengenai ideologi secara mendalam. Dengan kita mengetahui apa itu ideologi, hal ini bisa membawa perubahan besar dalam hidup kita baik yang disadari maupun tidak disadari.
Semoga, bemanfaat
Penulis: Ray Sumarya