Mohon tunggu...
vepouvez
vepouvez Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - pelajar

tidak perlu hebat untuk memulai tapi perlu memulai untuk menjadi hebat

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Peluk Terakhir

26 September 2022   09:12 Diperbarui: 26 September 2022   09:25 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 Aku melihat ibu meraung-raung memanggil nama adikku. Sama seperti ibu, aku yang terkejut masih tak percaya bahwa adik yang ku sayangi sudah pergi. Melihat ibu yang menangis memeluk adikku, ku coba merangkai kata untuk memberi kabar duka pada ayahku. Hanya pesan singkat, tapi teramat sulit untuk diterima "yah, adik sudah tidak ada..." ku kirim pesan singkat itu dengan air mata yang turun membasahi pipi. 

Setelah memberi pesan singkat nan menyakitkan itu, dokter yang tak tega melihat keadaan ibu, langsung melihatku dan berpikir bahwa aku bisa menggantikan ibu yang sedang terpukul untuk mengurus administrasi. Tanpa berpikir panjang dengan menahan isak tangis aku bergegas mengurus administrasi.

Tak lama kemudian ayah datang, berlari kebingungan dengan wajah cemas menghampiri ibu. Ayah bertanya "kenapa bu? tadi kan nggak kenapa-kenapa", ibu tak membalas hanya menangis. Saat itu untuk pertama kalinya dalam hidup ku melihat ayah dan ibu menangis saling mendekap erat berusaha saling menguatkan seakan tengah berbagi luka yang sama dan saling menyembuhkan.

Pagi itu turun hujan, semesta pun seolah-olah bersedih atas kepergiannya.

Hari itu menjadi hari yang tidak terlupakan dalam hidupku, pedihnya kehilangan orang yang ku sayangi dalam pelukanku. Banyaknya kata penyesalan yang terucap setiap hari. "Seandainya... Seandainya... Seandainya..." ucapku sambil menangis tersedu-sedu. Aku marah pada diriku sendiri, mengapa saat itu tak bisa memahami dirinya yang tengah kesakitan.

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata "Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).

Q.S Al-Baqarah/02:155-156

Pada awalnya sulit untuk mengikhlaskan kepergiannya tapi ibu berkata "Ikhlaskan ya kak... Allah lebih sayang sama adikmu, sekarang yang bisa kita beri hanya do'a". Tangisku pun pecah setelah mendengar ucapan ibu, mencoba mengikhlaskan semua yang terjadi, memang nyatanya tak semudah ucap. Kepergiannya menjadi luka yang cukup dalam di hati bahkan mungkin tidak ada obat yang bisa menyembuhkannya. Tapi seiring waktu berjalan aku mulai ikhlas. 

September 2022, sudah tahun kedua setelah kepergiannya. Aku yang sudah menerima kenyataan bahwa adikku benar-benar pergi dari pelukan ku untuk selamanya, sesekali sedih masih terasa, sedih tapi ikhlas. 

"Tidak apa-apa kalau sedih. Bukan tak ikhlas, hanya masih peduli" 

- Podcast Suara Puan (2022)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun