Mohon tunggu...
Raukhil Aziz Sumawijaya
Raukhil Aziz Sumawijaya Mohon Tunggu... Freelancer - Catatan Pejuang

Makhluk bumi yang mengejar ridho samawi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Invisble Hand"

19 Januari 2020   21:00 Diperbarui: 19 Januari 2020   21:10 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Hari ini Indonesia lagi dan lagi mengalami kedukaan yang mendalam, dimana adik, saudara dan anak-anak kita telah kehilangan nyawanya dengan percuma. Ironisnya tragedi ini terjadi di komplek sekolah, tempat mendidik anak-anak bangsa. Entah apa faktor utama terjadinya kejadian tersebut tetapi yang pasti bahwasannya ini adalah bukan hal yang pertama kali terjadi di negeri ini. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan juga teknologi yang berkembang, banyak hal-hal yang dapat dilakukan sewenang-wenang, mulai dari anak diusia belia hingga anak-anak yang sudah remaja. 

Bullying adalah salah satu hal yang mengerikan bagi lingkungan kehidupan disekitar kita, terutama bagi anak-anak yang masih dalam pertanggung jawaban orang tuanya. Bulliying di Indonesia layaknya "Invisible Hand" yang berbentuk nyata dari metamorfosa tangan-tangan Tuhan yang sering kita dengar dari cerita-cerita, bisa mencabut nyawa manusia terutama anak-anak bukan hanya satu ataupun dua.

Terkadang kita tak memperdulikan perasaan orang, yang penting kita enak bicara dengan membuka mulut kita selebar-lebarnya. Apakah kita memperdulikan perasaan sang korban beberapa waktu kedepan? kita berasa jagoan yang menggunakan kekuatan segala kemampuan, padahal saat itu juga kita disebut sebagai pelaku kriminal. Mungkin hari itu sang korban bisa tertawa dan merasa baik-baik saja, tapi apakah kita siap bertanggung jawab apabila sang korban melakukan tindakan tak terduga dan kita turut terlibat di dalamnya?

Aku harap cukup sampai hari ini saja terjadi tragedi ini, jangan sampai kita menjadi pelaku dan korban yang selanjutnya. Gunakan ilmu pengetahuan kita untuk merawat tradisi dan merespon  modernisasi dengan bijaksana, mari kita bergandengan tangan dan saling berpelukan karena hari ini adalah zamannya elaborasi bukan berkompetisi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun