Hari ini Indonesia lagi dan lagi mengalami kedukaan yang mendalam, dimana adik, saudara dan anak-anak kita telah kehilangan nyawanya dengan percuma. Ironisnya tragedi ini terjadi di komplek sekolah, tempat mendidik anak-anak bangsa. Entah apa faktor utama terjadinya kejadian tersebut tetapi yang pasti bahwasannya ini adalah bukan hal yang pertama kali terjadi di negeri ini. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan juga teknologi yang berkembang, banyak hal-hal yang dapat dilakukan sewenang-wenang, mulai dari anak diusia belia hingga anak-anak yang sudah remaja.Â
Bullying adalah salah satu hal yang mengerikan bagi lingkungan kehidupan disekitar kita, terutama bagi anak-anak yang masih dalam pertanggung jawaban orang tuanya. Bulliying di Indonesia layaknya "Invisible Hand" yang berbentuk nyata dari metamorfosa tangan-tangan Tuhan yang sering kita dengar dari cerita-cerita, bisa mencabut nyawa manusia terutama anak-anak bukan hanya satu ataupun dua.
Terkadang kita tak memperdulikan perasaan orang, yang penting kita enak bicara dengan membuka mulut kita selebar-lebarnya. Apakah kita memperdulikan perasaan sang korban beberapa waktu kedepan? kita berasa jagoan yang menggunakan kekuatan segala kemampuan, padahal saat itu juga kita disebut sebagai pelaku kriminal. Mungkin hari itu sang korban bisa tertawa dan merasa baik-baik saja, tapi apakah kita siap bertanggung jawab apabila sang korban melakukan tindakan tak terduga dan kita turut terlibat di dalamnya?
Aku harap cukup sampai hari ini saja terjadi tragedi ini, jangan sampai kita menjadi pelaku dan korban yang selanjutnya. Gunakan ilmu pengetahuan kita untuk merawat tradisi dan merespon  modernisasi dengan bijaksana, mari kita bergandengan tangan dan saling berpelukan karena hari ini adalah zamannya elaborasi bukan berkompetisi.