Mohon tunggu...
MOH. ABD. RAUF
MOH. ABD. RAUF Mohon Tunggu... Mahasiswa -

World knows you, if then you create words to be a great text

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

IMC, Gerbang Awal Menuju Kecerahan

23 Januari 2017   21:48 Diperbarui: 23 Januari 2017   22:20 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto bersama di halaman depan setelah acara usai.

Kamis, 12 Januari 2017 bertempat di gazebo belakang gedung rektorat beberapa anggota dan pembimbing berkumpul. Kegiatan diskusi parsial ditemani canda nan tawa seiring menunggu semua peserta dan terutama Bapak Pembina hadir. Dalam rangka mengahadiri  program perdana Intellectual Movement Community (IMC). Acara perdana tersebut akan dilaksanakan di salah satu Sekolah Menengah Kejuruhan yang berada di Kecamatan Panti Kabupaten Jember. SMK Plus Nurul Ulum, sekolah yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Nurul Ulum adalah tempat penyelenggaraan acara perdana IMC. Tepat pukul 10.00 wib instruksi dari salah satu pembimbing kepada semua peserta untuk memasuki mini bus kampus. Di tengah-tengah perjalanan menuju lokasi semua kader masih belum terlihat akrab karena masih proses awal menjalin ukhuwah. Sebelum tiba di lokasi acara, rombongan mini bus terutama sang driver sempat kebingungan karena salah jalan. Akhirnya dengan bertanya kepada masyarakat sekitar kita sampai di lokasi sekitar pukul 10.25 wib.

Senyuman manis dan wajah ceria dari Pengasuh Pondok Pesantren ditemani Kepala Sekolah menyambut kedatangan rombongan yang baru memasuki lingkungan lembaganya. Kita langsung diarahkan ke mini hall yang berada disamping masjid besar pondok. Diawali oleh Bapak H. Nur Solikin selaku Pembina Sekolah IMC untuk melakukan check in sebelum memasuki ruangan. Dengan budaya antri sebelum check in kita berperilaku santun didepan jajaran pengurus dan juga siswa-siswi yang telah lama menunggu untuk menyambut tamu. Sorakan yel-yel sekolah tersebut dilontarkan dengan suara keras dan semangat oleh para siswa-siswi dan guru. Beberapa menit kemudian acara yang bertema “Sarasehan Character Building” tersebut dimulai. Antusiasme peserta lebih bergairah ketika pembacaan sholawat Nabi SAW yang dibacakan oleh dua siswi mengiringi rentetan jalannya agenda. Sambutan oleh Kepala Sekolah yang masih berparas muda itu mengawali sambutan dalam sesi pidato.  Beliau adalah Mas Mahrus Shadiqin yang merupakan alumni IAIN Jember angkatan 2013 dan juga pernah menjabat sebagai Ketua PMII Rayon Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) IAIN Jember. Dalam substansi pidatonya beliau memaparkan sedikit tentang SMK Plus Nurul Ulum kepada semua tamu. Hal yang tidak lupa ialah mengucapkan banyak terima kasih dan permohonan maaf atas minimnya fasilitas yang disediakan. Sambutan kedua oleh KH. Hanif Abdur Razaq selaku Pengasuh Pondok Pesantren Nurul Ulum. Beliau menyambut rombongan dengan gembira karena kegiatan itu membawa energi positif bagi siswa-siswi sekaligus santrinya. Alumni IAIN Surabaya (Sekarang menjadi UIN) itu selain mahir menguasai bahasa arab serta cukup lihai dalam berbahasa inggris. Banyak istilah motivasi bahasa inggris yang dibawakan oleh beliau dalam sambutannya. Karena beliau ingin menunjukkan bahwa output Pondok Pesantren bisa bersaing di dunia luar salah satunya disegi bahasa. 

Sebelum dimulai klimaks acara sarasehan yang akan dihandle langsung oleh Bapak Pembina Sekolah IMC atau Wakil Rektor I IAIN Jember. Ucapan terimakasih berbentuk pemberian piagam penghargaan oleh Kepala Sekolah kepada Sponsorship, Pengasuh Pondok Pesantren, dan Bapak H. Nur Solikin. Dalam hal ini Sekolah IMC juga memberikan seperangkat komputer lengkap untuk membantu proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) siswa dan siswi di lembaga tersebut.

Dengan mengucapkan dua kali kalimat salam Bapak H. Nur Solikin membuka acara inti dengan mendongkrak euforia peserta. Banyak poin krusial yang disampaikan oleh beliau dalam pidatonya. Terpilihnya tema “Sarasehan Character Building” berangkat dari kegelisahan beliau mengingat generasi muda bahkan bangsa ini kehilangan jati diri. Beberapa faktor yang sangat menonjol ialah  budaya gotong royong, tepo seliro, kesantunan, dan toleransi mulai hilang dan sirna. Hingga pemuda saat ini tidak lagi mengidolakan Rasulullah SAW dalam islam dan Founding’s Fathers sebagai pejuang bangsa. Ironisnya mereka lebih memilih artis dan selebritis yang lebih membawa kepada kemudhoratan. Seiring berjalannya zaman globalisasi bangsa ini mulai berada dimasa keprihatinan yaitu degradasi moral terutama pada kaum pemuda. Beliau sangat menekankan kepada kita semua untuk ikut andil dalam mengembalikan bangsa kepada hittoh jati dirinya. Sangat disayangkan apabila negara yang sangat kaya ini akan tenggelam atau hanya tinggal papan nama saja. Dalam dunia pendidikan bukan hanya tanggung jawab pendidik dalam pembangunan moral akan tetapi ini tanggung jawab bersama. Sebagai pemuda yang dihambur-hamburkan sebagai gold generation kita harus lebih siap untuk menghadapi problematika yang terjadi saat ini. Karena penentu suksesnya masa depan bangsa dan negara cerah berada ditangan pemuda yang siap fight dalam menghadapi apapun. Agent of change, agent of social control, dan iron stock telah menjadi jargon utama pemuda di dalam semua elemen untuk menentukan masa depan bangsa.   

Sebagai Pembina Sekolah Intellectual Movement Community (IMC) beliau ingin sekali untuk memanifestasikan kader-kader yang berpegang teguh kepada nuansa intelektual organik bukan yang mekanik. Karena terbukti waktu dewasa ini banyak orang pintar dan cerdas tetapi tidak bisa proporsional dan profesional dalam menjalankan amanah. Terbukti peringkat kasus korupsi di Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia. Inikah prestasi sekuler yang harus kita banggakan mengingat bangsa ini terkenal sebagai negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim.

Setelah beliau mengakhiri presentasinya pembawa acara memberi kesempatan kepada audience untuk bertanya. Diawali dengan keberanian menghadapi orang besar seperti beliau beberapa siswa bertanya dengan nervous (gugup). Beberapa menit kemudian dengan bacaan hamdalah bersam-sama menunjukkan bahwa acara tersebut telah usai. Sebelum meninggalkan lingkungan Pondok Pesantren kita masih disuguhi makan yang bertempat di mushola. Dan hal yang tidak dilupakan ialah berfoto serentak bersama Pengasuh dan Kepala Sekolah. Sekitar pukul 13.00 wib kita meninggalkan Pondok Pesantren tersebut ditemani oleh Pengasuh dan Kepala Sekolah sampai ke gerbang depan. Sepulang dari tempat acara kita tidak langsung mengakhiri perjalanan hari kamis yang sangat berharga itu. Selain menjalin ukhuwah para kader juga tidak lupa mengaplikasikan hablum minal alam. Berkunjung ke pantai selatan yang berada di Jember merupakan suatu hal berharga bagi para kader untuk melakukan refreshing setelah mengikuti rentetan acara. Pantai Payangan merupakan estetika wisata yang eksotis baru-baru ini mampu mengundang interes pengunjung wisatawan lokal maupun asing. Disana para kader menuangkan kesenangan tanpa batas dengan menikmati keindahan alamNya.

Tepat pukul 18.30 wib kita tiba di kampus tercinta dengan mimik wajah lemas dan lungset. Pada kesempatan itu kita bisa mendapatkan banyak hal yang bermanfaat bagi kehidupan kita. Sekolah ini bukan hanya ingin mencetak kader yang berhaluan intelektual akan tetapi masih banyak aspek lain yang ingin dicapai. Kita juga dituntun untuk bisa lebih bersosialis pada masyarakat khususnya. Dalam konsep ESQ selain intelektual yaitu spiritual dan emosional. Bagaimana pembina dan pembimbing menemani para kader untuk mensinergikan ketiga konsep diatas. Dengan digunakannya intelektual organik sebagai garda dari sekolah tersebut maka termanifestasikanlah output yang mengimplementasikan ESQ. Salam Pencerahan! IMC Punya!

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun