Mohon tunggu...
Raudhatul Awalia
Raudhatul Awalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Raudhatulawalia

Bismillahirrahmanirrahim

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Belanja Online sebagai Fenomena Budaya Populer, Bagaimana Sosiolog Melihatnya

5 Desember 2021   13:45 Diperbarui: 5 Desember 2021   14:19 1436
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

BELANJA ONLINE SEBAGAI FENOMENA BUDAYA POPULER, BAGAIMANA SOSIOLOG MELIHATNYA


Di tengah arus globalisasi yang sangat berkembang pesat saat ini, berbagai fenomena sosial yang disuguhkan dan mudah diakses melalui sarana teknologi yang dikemas semenarik mungkin oleh para kapitalis, salah satunya fenomena budaya popular. Dalam kamus besar bahasa Indonesia budaya popular adalah suatu budaya yang dikenal dan digemari kebanyakan masyarakat pada umumnya, relevan dengan kebutuhan masyarakat pada masa sekarang. Berbagai jenis budaya popular yang sangat berkembang pesat di Indonesia, diantaranya shopping. Arus globalisasi yang semakin pesat terjadi di Indonesia di tambah dengan wabah covid19 yang melanda dunia membuat pemerintah menghimbau kepada  masyarakat agar tetap di rumah saja. Pembatasan pergerakan oleh pemerintah terhadap masyarakat membuat kejenuhan tersendiri bagi sebagian masyarakat, keadaan seperti ini dimanfaatkan para kapitalis untuk menyasar masyarakat di Negara berkembang terutama masyarakat menengah dan atas dengan memberikan kemudahan untuk mereka yang senang berbelanja dengan menghadirkan  aplikasi online shop yang praktis dan simple sehingga para konsumen tidak perlu keluar rumah untuk membeli kebutuhan mereka. Fenomena shopping atau berbelanja saat ini menjadi salah satu budaya popular yang sedang marak-maraknya terjadi, masyarakat yang pada awalnya harus pergi ke toko atau pusat perbelanjaan secara langsung semenjak kemudahan yang diberikan para kapitalis membuat kebiasaan baru di tengah masyarakat yakni berbelanja melalui online. Tak sampai disitu  para kapitalis juga  membuat strategi marketing yang sangat menarik, memberikan promo besar-besaran, memberikan pelayanan dengan gratis ongkir serta strategi lainnya untuk memanjakan konsumen yang sudah tentu memberikan keuntungan yang besar bagi mereka. Dengan berbagai strategi marketing para kapitalis tersebut membuat intensitas berbelanja masyarakat di tengah pandemic meningkat, Mencatat dari berita CNN Indonesia tingkat berbelanja online di tengah pandemic meningkat hingga 400 persen. Peningkatan tersebut menjadi salah satu bukti bahwa tingkat konsumtif masyarakat sangatlah tinggi selama pandemi.


 KACAMATA SOSIOLOGI TERHADAP FENOMENA DI ATAS 


Dalam melihat maraknya budaya popular yang menjadikan fenomena berbelanja online sebagai salah satu contoh budaya popular tersebut, penulis meminjam teori konsumtif dari jean baudrillard sebagai kacamata dalam menganalisis fenomena tersebut. Dalam teori konsumtif menjelaskan bahwa adanya perilaku konsumtif masyarakat dimana Perilaku konsumtif adalah sebagai bagian dari aktivitas atau kegiatan mengkonsumsi suatu barang dan jasa yang dilakukan oleh konsumen (Munandar, 2011). Dalam definisi tersebut menunjukkan bahwa individu yang berperilaku konsumtif cenderung akan membeli suatu barang berdasarkan keinginan bukan kebutuhan. Terkait fenomena budaya popular dan definisi perilaku konsumtif pada dasarnya ada sebagian individu yang melakukan aktifitas berbelanja online ini hanya membeeli barang yang diinginkan bukan dibutuhkan. Hal ini terjadi karena alasan tergiur dengan harga yang murah, dan berbagai promo yang ditawarkan toko online tersebut. Lebih lanjut kemudahan yang diberikan dari belanja online membuat individu seakan kebablasan dalam mencek-out barang-barang yang disediakan dalam marketplace tersebut. Alasan-alasan inilah yang menjadikan belanja online menjadi trend dan cenderung menimbulkan perilaku konsumtif individu.


SOLUSI YANG DITAWARKAN


Pada dasarnya berbelanja menjadi salah satu kebutuhan yang diperlukan setiap individu, namun jangan sampai hal tersebut malah menimbulkan perilaku konsumtif dalam diri masing-masing. Berikut solusi dalam mengontrol diri agar tidak keterusan dalam berbelanja yang pada akhirnya menimbulkan perilaku konsumtif :


1. Batasi penggunaan aplikasi online shop. Salah satu penyebab kesenangan dalam berbelanja bermula dari senang melihat-lihat barang di marketplace aplikasi online shop, oleh karena itu control diri untuk tidak keterusan membuka aplikasi tersebut dengan cara membatasi penggunaan data terhadap aplikasi tersebut.
2. Sibukkan diri dengan berbagai hal bermanfaat. Kejenuhan di tengah pandemic menjadi salah satu berbelanja sebagai bentuk memanjakan diri dan bertujuan untuk mengusir kejenuhan, namun pada akhirnya membuat perilaku konsumtif meningkat. Oleh karena itu ubah dan cari kesibukan lain untuk menghilagkan kejenuhan tersebut, misalnya dengan belajar bahasa asing melalui aplikasi youtube.
3. Jadikan kesenangan berbelanja menjadi bisnis. Pada dasarnya yang membuat seseorang berperilaku konsumtif karena mereka senang mencek-out barang di keranjang akun mereka, jadikan kesenangan tersebut sebagai lahan bisnis dengan berjualan online dengan sistem PO yang menyediakan barang sesuai pesanan pelanggan. Jika mendapatkan hasil dari berjualan aka nada kepuasaan sendiri dan akan lebih hemat lagi terhadap pengeluaran.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun