Mohon tunggu...
Ratu Nandi
Ratu Nandi Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jejak Langkah

1 November 2019   13:38 Diperbarui: 1 November 2019   13:42 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Duduk pada sebuah kursi beton yang kusam
Memandangi langkah-langkah yang bergegas
Seperti hendak memburu matahari yang takkan
Kembali esok hari. Seorang lelaki tua,
Tak bergeming. Ia begitu khusuk
Dengan mainan anak-anak yang dijajakannya

Matahari kian menyengat. Seorang juru parkir
Sibuk menyusun barisan kendaraan yang diaturnya
Kebisingan knalpot adalah simfoni hidupnya sehari-hari. Di kepalanya tak ada urusan pajak atau denda
Yang penting pulang bisa menenteng rasa bahagia
Untuk buah hati di rumahnya di tepi kali

Inilah wajah ibukota, kehidupan yang
Sering didaur ulang oleh kepentingan-kepentingan, renungku
Potret kehidupan yang saling tindih
Di antara hukum-hukum yang diperjual-belikan

Aku pandangi map yang menyimpan masa depan
Namun entah di mana keberadaan untuk aku menang?

Aku lunglai. Tertunduk menanti sebuah kepastian
Aku telah berbaur dengan mereka yang kalah
Aku sudah memasang badan bagi kerasnya ibukota
Tapi tanda-tanda keberhasilan belum terlihat
Namun aku harus bergerak, ke mana dan di mana
Yang pasti aku tidak boleh menyerah, dan kalah

Bekasi, 31102019
Ratu Nandi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun