Mohon tunggu...
ratuchalisyahlubis
ratuchalisyahlubis Mohon Tunggu... Notaris - mahasiswa

saya mahasiswa ilmu komunikasi uinsu, hobi saya main volly.

Selanjutnya

Tutup

Medan Pilihan

Peristiwa Penikaman di Pantai Labu: Korban Mengharap Keadilan

12 Desember 2024   23:38 Diperbarui: 13 Desember 2024   00:02 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Korban (Sumber : Mahasiswa UINSU)

Lubuk Pakam -- Tragedi penikaman yang menimpa Anshari (39) di Jl. Rugemuk Dusun II, Kecamatan Pantai Labu, Rabu, 4 Desember 2024, masih menyisakan tanda tanya besar. Pelaku yang secara brutal menusuk korban dengan senjata tajam hingga kini belum berhasil ditangkap. Desakan kepada aparat penegak hukum semakin menguat, mengingat korban harus menanggung penderitaan fisik yang berat akibat kejahatan ini.

Peristiwa ini terjadi di sebuah grosir dekat tiang listrik. Tikaman pelaku mengenai perut kanan korban, mengakibatkan luka parah yang berujung pada komplikasi serius, termasuk pembekuan darah di paru-paru. Kondisi ini memaksa korban menjalani operasi penyelamatan pada Sabtu, 7 Desember 2024, setelah sebelumnya menghadapi hambatan dalam akses medis.

Hingga saat ini, korban masih dirawat intensif di RSU Haji Medan. Namun, proses pemulihan terkendala oleh mahalnya biaya pengobatan. Di sisi lain, masyarakat menuntut pihak berwenang untuk memberikan perhatian lebih terhadap kasus ini. Jangan sampai kejahatan serius seperti ini dibiarkan tanpa tindakan tegas.

"Penusukan ini bukan hanya masalah kriminal biasa. Ini adalah ancaman serius terhadap rasa aman di masyarakat. Pelaku harus segera ditemukan dan diproses sesuai hukum yang berlaku," ujar salah satu tokoh masyarakat yang enggan disebutkan namanya.

Keterlambatan penegakan hukum dalam kasus ini menjadi sorotan. Aparat penegak hukum harus memastikan bahwa kasus ini menjadi prioritas utama agar tidak memunculkan preseden buruk bagi masyarakat. Jika kejahatan seperti ini dibiarkan tanpa hukuman, rasa keadilan publik akan tercabik.

Tragedi yang menimpa Anshari tidak hanya mengundang perhatian masyarakat lokal, tetapi juga memicu kekhawatiran yang lebih luas tentang meningkatnya kasus kekerasan di wilayah tersebut. Banyak pihak mendesak pemerintah daerah untuk mengambil langkah konkret dalam meningkatkan keamanan publik. Kejadian ini menjadi pengingat keras bahwa ancaman terhadap keselamatan masyarakat masih nyata dan membutuhkan respon cepat serta komprehensif dari pihak berwenang.

Di tengah penderitaan korban, sejumlah elemen masyarakat mulai mengorganisasi upaya solidaritas untuk membantu meringankan beban keluarga Anshari. Penggalangan dana dan aksi sosial dilakukan untuk menutupi biaya pengobatan yang semakin membengkak. "Kami tidak bisa tinggal diam melihat saudara kami dalam kondisi seperti ini. Ini saatnya kita saling bahu-membahu," ungkap seorang relawan yang aktif mengoordinasikan bantuan.

Selain itu, kasus ini juga menjadi cerminan lemahnya akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang memadai di saat darurat. Hambatan yang dialami Anshari sebelum mendapatkan penanganan medis layak menyoroti perlunya reformasi dalam sistem kesehatan, terutama untuk wilayah dengan fasilitas terbatas. Pemerintah diharapkan tidak hanya fokus pada aspek hukum, tetapi juga memastikan bahwa kebutuhan mendasar seperti kesehatan dapat diakses dengan mudah dan terjangkau oleh semua kalangan.

Lebih jauh, peristiwa ini telah menggugah kesadaran masyarakat akan pentingnya membangun sistem keamanan berbasis komunitas. Dukungan aktif dari warga, seperti pelaporan dini dan kerja sama dengan aparat, dapat menjadi langkah preventif untuk mencegah kejadian serupa di masa depan. Namun, kepercayaan terhadap aparat penegak hukum harus dibangun melalui tindakan nyata, seperti penyelesaian kasus ini dengan cepat dan adil. Hanya dengan begitu, rasa aman dan keadilan dapat kembali dirasakan oleh masyarakat.

Penulis: Adinda Jamila Puteri Muluk Siregar dan Nabilla Syahrani Putri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Medan Selengkapnya
Lihat Medan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun