Mendaki gunung juga membuat saya menemukan dan mendapatkan sahabat dan saudara baru.
Meskipun saat sepulang dari gunung saya mendapati tubuh ini remuk redam dan capek luar biasa, penderitaan itu tidak seberapa  bila dibanding dengan kepuasan batin mendapat pengalaman mendaki yang selalu berbeda dari satu gunung dengan gunung yang lain.
Gunung yang sering disebut sebagai atap Jawa Tengah ini begitu "menggoda" saya.
Malam itu, entah karena kebetulan atau tidak, yang jelas saya menginap di markas SAR Basecamp Bambangan.
Tengah malam ketika rata-rata pendaki tertidur nyenyak, kami dikejutkan oleh derap sepatu boot tim SAR yang mengusung sesosok tubuh terbalut kantung mayat berwarna jingga.
Seketika para pendaki yang sedang tertidur terbangun.
Beberapa berbisik-bisik, menerka-nerka, kuat dugaan bahwa tubuh yang terbungkus kantong mayat itu adalah korban di gunung.
Pelan-pelan tim SAR membuka kantong mayat tersebut.
Dan....taraaa....ternyata tidak ada mayat, yang ada hanya sesosok tubuh pendaki muda dengan wajah pucat pasi yang dibantu untuk duduk oleh salah satu tim SAR tersebut dan diberi segelas teh hangat,
Sepeninggal tim SAR tersebut, saya mendekati pemuda itu, saya berikan coklat dan roti yang segera dihabiskan oleh pemuda tersebut.