Mohon tunggu...
Ratna Wahyuningsih
Ratna Wahyuningsih Mohon Tunggu... -

SAYA BISA, Berjuang mewujudkan MIMPI, BERSYUKUR, BELAJAR, FOKUS , IKHLAS & SUKSES is MY RIGHT :) \r\n-positive thinker as always-\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

5 Pelajaran Positif Belajar di Amerika

16 Februari 2013   02:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:15 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13609830651187963362

[caption id="attachment_243511" align="aligncenter" width="640" caption="Pemandangan Indah Alam Gunung Rainier Washington dari Campus Everett"][/caption]

15 Feb 2013,

Dear Kompasianer, Tak berasa hari berlalu begitu cepat bagi saya. Hari ini tepat nya setengah tahun saya menimbah ilmu di Everett, Washington State, America. Sedikit background cerita enam bulan yang lalu, saya tinggal di Jakarta, dan bersibuk dengan pekerjaan sebagai reporter yang selalu berkecimpung dengan deadline, lalu bermalam mingguan dengan sahabat dekat, plus beraktivitas sosial dengan keluarga besar Initiative of Change Indonesia di Ciputat.

Agustus 2012, Aktivitas saya berubah setelah saya menerima beasiswa Aminef, beasiswa satu tahun untuk professional development di bawah program Community College for International Development. Saya mengambil bidang studi Jurnalistik. Saya pun belajar tentang dasar-dasar ilmu jurnalistik di Everett Community College.

Belajar di College dengan system Amerika memang tidak mudah. Beradaptasi dengan lingkungan juga tak mudah bagi saya. Saya menemui banyak tantangan, namun semua itu adalah perubahan positif yang saat ini saya rasakan. Dalam artiket ini, saya mencoba melatih kembali penggunaan bahasa Indonesia saya, maklum lama tidak menulis dan berbagi dengan Kompasianer.

Saya ingin berbagi pengalaman saya, apa saja keuntungan belajar di Amerika.

1.Kemampuan Bahasa Inggris Meningkat Cepat

Tak bisa dipungkiri, hal ini benar adanya. Selama apapun Anda mengambil kursus bahasa Inggris di Indonesia, kalau Anda tidak menggunakannya dalam berkomunikasi sehari-hari, maka progress nya akan lama. Selama saya disini, saya mau tidak mau, suka tidak suka, saya harus berkomunikasi menggunakan bahasa inggris setiap hari. Hal ini menjadi tantangan utama bagi saya yang masih dalam tahap pembelajaran peningkatan kemampuan (skills) bahasa Inggris. Saya merasakan bahwa benar adanya bahwa lingkungan memang menjadi faktor utama dalam peningkatan level belajar bahasa.

Tantangan kedua adalah menulis essay dalam bahasa Inggris, tentunya dengan penggunaan grammar yang benar. Semua guru memperlakukan sama semua muridnya, tak ada peng-istimewaan “international student” semua dianggap sudah mahir dan mengerti penggunaan grammar dalam standart essay English.

2.Mandiri

Tinggal jauh dari orang-tua, teman-teman, dan jauh dari negara, membuat saya sadar bahwa kemampuan untuk hidup mandiri (tidak bergantung ke orang lain) meningkat cepat. Semua nya saya lakukan sendiri. Mulai dari memasak setiap hari, berbelanja/memilih makanan, hingga membersihkan apartement/toilet. Jika Anda ingin belajar bagaimana hidup mandiri, maka saran saya adalah, belajar lah di Luar Negeri, Anda akan merasakan bahwa menjadi mandiri adalah hal yang positif bagi peningkatan kualitas hidup Anda. Benar adanya bahwa Mandiri atau independent memang menjadi culture orang Amerika sendiri.

3.Disiplin Waktu

Yang satu ini gampang-gampang susah, dan prosesnya tak hanya sehari-dua hari. Saya pribadi mulai merasakan adanya perubahan disiplin dalam diri saya, dalam waktu lama. Dulunya saya sering tak ambil pusing bila harus telat 5 atau 10 menit bila ada janji dengan teman, namun disini, saya malu bila saya datang telat dan meminta maaf dengan alasan pola pikir -jam karet-.

Saya sudah berubah, saya selalu tepat waktu “on-time” dimana ukuran on-time nya orang Amerika adalah hadir 5 atau 10 menit sebelumnya. Awalnya hal ini sangat berat sekali, namun saya mencobanya dan membiasakan diri. Culture “Time is Money” benar terbukti semua disini serba tepat waktu, contohnya, bila saya telat saja 1 atau 2 menit menunggu bus, maka saya haru rela menuggu lagi 15 – 30 menit untuk jadwal bus selanjutnya. Sangat merugikan bukan, semua serba teratur dan disiplin.

4.Berpikiran Terbuka /Open-Minded

Hal yang satu ini bisa terbilang proses yang tidak mudah, karena tergantung pada pribadi masing-masing. Saya merasakan banyak pengalaman yang akhirnya membuat pola pikir saya berubah menjadi open-minded. Di sini saya banyak berkomunikasi dengan orang yang berlatar belakang berbeda seperti halnya orang Amerika yang berkulit putih atau hitam, penyuka sesama jenis (lesbian/gay), atau Atheis. Mereka semua dengan ‘nyaman’ mengungkapkan siapa mereka sebenarnya, tanpa takut akan apa yang orang lain pikirkan. Terlepas dari semua pemikiran negatif akan budaya pergaulan bebas di Amerika, saya nyaman berkomunikasi dengan siapa saja disini, berteman dengan banyak orang, berpikiran terbuka untuk menerima perbedaan budaya barat namun menjadi diri saya sendiri.

5.Menghargai

Rasa saling menghargai orang Amerika bisa terbilang sangat besar. Saat saya naik bus, sering kali saya mendengar orang dengan ramah turun dan mengucap “Thank You” kepada supir bus-nya. Menurut saya, hal ini adalah pembelajaran menghargai untuk hal-hal yang kecil dan umum. Namun, tentunya kita akan jarang sekali mendengar hal itu diucapkan orang-orang Indonesia, ketika turun dari bus-way atau kopaja.

Budaya pikir orang Indonesia untuk mengucap terima kasih masih terbatas untuk hal-hal yang hanya dianggap penting saja di mata individu. Bila tak terlalu menguntungkan, atau bantuan kecil , maka tak perlu mengucap terima kasih. Saya sangat kurang setuju dengan persepsi seperti itu, di Amerika ketika saya membantu walaupun di bagian kecil, saya tetap mendapat ucapan “Terima Kasih”, hal ini membuat saya bersemangat untuk membantu lebih, karena saya mendapat penghargaan atas jasa kecil saya. Saya pun merasakan bahwa penting mulai hari ini Anda belajar untuk selalu menguacap “Terima Kasih” kepada siapa saja yang telah membantu. Hal positif yang terbilang kecil seperti ini, akan membuat Anda mendapat banyak penghargaan dari orang lain.

Akhir kata, saya mengucapkan terima kasih untuk Kompasianer yang telah menbaca tulisan saya.

Salam Hangat dari Everett, Washington

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun