Mohon tunggu...
Ratna Eka Anggareni
Ratna Eka Anggareni Mohon Tunggu... Guru - Assalamualaikum :)

Mahasiswa Universitas Negeri Surabaya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Perhatikan, Apakah Kamu Memiliki Gaya Hidup Hedonis?

26 Januari 2020   03:00 Diperbarui: 26 Januari 2020   03:08 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
unsplash.com/freestocks.org

Apa saja yang kalian lakukan ketika sedang hangout dengan teman-teman? Makan-makan, berbelanja, menonton film, lalu berbelanja lagi sampai kalian tak sanggup membawa barang belanjaan tersebut. 

Apakah ada diantara kalian yang memiliki gaya hidup seperti diatas? Perlu kalian ketahui bahwa mungkin tanpa disadari gaya hidup hedonis tersebut telah menjadi gaya hidup sehari-hari, apalagi di kalangan remaja telah marak gaya hidup tersebut mengingat faktor-faktor pemicunya.

Nadzir dan Ingarianti (2015) mengungkapkan bahwa gaya hidup hedonis merupakan suatu pola hidup seseorang yang melakukan aktivitasnya untuk mencari kesenangan hidup, menghabiskan waktunya di luar rumah untuk bersenang-senang dengan temannya, gemar membeli barang yang tidak dibutuhkan, serta selalu ingin menjadi pusat perhatian di lingkungan sekitarnya. 

Gaya hidup hedonis merupakan salah sau bentuk gaya hidup yang memiliki daya tarik, khususnya bagi remaja. Mereka cenderung  lebih memilih hidup yang serba berkecukupan, mewah, dan enak tanpa mau susah payah bekerja.

unsplash.com/frankie cordoba
unsplash.com/frankie cordoba

Fenomena yang sering terlihat adalah ketika mereka membeli dan memakai suatu barang bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan, melainakan adannya faktor keinginan yang kurang berguna. 

Mereka sekedar mengikuti trend, gengsi, menaikan prestise, dan berbagai alasan lainnya yang dianggap kurang penting sehingga menyebabkan daya beli serta sikap konsumtif meningkat.

Kebiasaan tersebut tentu bisa menjadi bom waktu bagi siapa saja yang menganut gaya hidup hedonis. Terlebih dengan sikap konsumtif yang selalu ingin memiliki barang-barang mewah dan branded, memaksa  untuk merogoh kocek yang tidak sedikit. 

Namun apa yang akan terjadi apabila nilai pendapatan tidak sebanding dengan pengeluaran, Sedangkan keinginan untuk membeli sesuatu sangatlah besar? 

Yang terjadi adalah kalian tidak mampu membeli barang-barang itu lagi. Maka jangan sampai hal tersebut menjadikan kalian depresi karena keinginan yang tak terwujud itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun