Mohon tunggu...
Ratna Dewi
Ratna Dewi Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu rumah tangga senang jalan-jalan dn kuliner

Suka Jalan-jalan dan nonton film, Menambah Wawasan

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Free Fire: Laga atau Komedi?

5 Mei 2017   07:42 Diperbarui: 5 Mei 2017   08:55 524
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kamis malam Jumat. 4 Mei 2017. Suasana jalanan kota Jakarta tetap ramai dan macet. Tujuan kali ini, CGV Grand Indonesia. Acaranya  nonton bareng film Free Firedi Starium dengan layang cekung nan lebar dan konon pertama di Jakarta dan Indonesia.

Sesuai denga judulnya, film ini memang dipenuhi dengan aksi temba-tambakan, bahkan dari awal hingga akhir . Seru, penuh aksi, suara rentetan pistol dan senjata berdesing seakan-akan hadir di dalam studio.  Singkatnya bagi yang suka film yang penuh adegan senjata. Inilah filmnya. Lalu bagaimana dengan jalan ceritanya?

Cerita dimulai dengan Stevo dan Bernie yang bertemu dengan dua orang keturunan Irlandia  Chris dan Frank.  Mereka akan berjumpa dengan dengan, Justine seorang perempuan yang berprofesi sebagai makelar senjata gelap.   Lokasi sebuah kompleks pergudangan yang sudah terlantar di pinggiran kota Boston pada masa sekitar tahun 1978.

Justine mengatur mereka untuk bertemu dengan gang penjual senjata yaitu  Vernon dan teman-temannya, Martin , Harry dan Gordon.  Pada mulanya semua berjalan lancar, senjatanya walaupun sebagian tidak sesuai dengan yang dijanjikan bisa berpindah tangan di sebuah van berwanra oranye dan uang juga sudah disiapkan di dalam sebuah tas.  Ketegangan tampak menonjol  di antara kedua grup.

Namun karena Stevo dituduh pernah melecehkan saudari sepupu Harry, dan walaupun sudah minta maaf tetap menimbulkan ketegangan. Akhirnya terjadilah penembakan oleh Harry dan Stevo kena di pundaknya.  Kedua grup akhirnya membentuk fornt masing-masing dan terjadilah baku tembak yang seru.

Disinilah keseruan film bermulai.  Yang asyiknya dialog-dialog kasar dan vulgar di antara mereka menimbulkan kelucuan yang membuat penonton terpingkal-pingkal. Ketegangan yang ditimbulkan bisa kalah oleh komedi dialognya. Kita bahkan sampai lupa apakah ini film laga atau komedi?

Film terus berlanjut tanpa berpindah lokasi. Bagamanakah akhir kisahnya? Mampukah Justine menyelesaikan transaksi jual beli senjata gelap? Siapakah yang menang dari kedua grup? Saksikan kisahnya di bioskop jaringan CGV mulai bulai Mei 2017 ini.

Dilmografil:

Sutradara :                         Ben Wheatley

Produser :                           Andy Starke

Skenario:                             Amy Jump dan    Ben Wheatley

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun