Mohon tunggu...
Ratna Wungouw
Ratna Wungouw Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Pekerja

Just Ratnaa...satu dari ribuan kartini abad 21

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ingatanku Padamu Memudar Seiring Berakhirnya Konser Sheila On 7

15 September 2018   16:04 Diperbarui: 15 September 2018   16:07 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Gambar :  myelitedetail.us

Angin malam Bulan September menemaniku duduk sendirian di  rumah, menerobos masuk melewati jendela yang sengaja kubuka,  mempermainkan anak anak rambutku dan membuatku merapatkan baju hangat warna pink yang kupakai.  Angin yang sama yang menerpa pohon pohon jati yang di tanam berjajar di depan rumah, menimbulkan suara gemerisik  meskipun tidak bisa kulihat tarian daun daun nya, hanya sesekali terlihat siluet dahan dahan nya bergerak terkena sinar bulan sabit. Lampu penerangan jalan yang temaram membuat suasana malam ini semakin sendu dan tentu saja hatiku tak menentu.

Malam yang sempurna sunyi nya untuk sekedar minum teh di temani roman roman picisan, berita berita orang yang sedang berebut kekuasaan , dan mereka mereka  yang kehilangan nalar berpolitik. Entah mengapa aku kesulitan untuk memusatkan perhatian dan mata ku pada lembar lembar bisu yang ada di depanku. Aku membaca banyak hal, mengamini banyak hal namun tidak mempelajari apapun. Kulepaskan buku yang kupegang , mataku beralih pada gawai yang tergeletak di sampingku. 

Kubuka medsos dan sama saja , bertaburan kata kata sampah. Sesaat  mataku tertuju pada beberapa akun facebook yang menulis status, " sedang baper menonton sheila on 7 " , ah akhir nya ada juga yang membuatku tersenyum simpul. Kunyalakan televisi tua ku yang kubeli 10 tahun lalu.  Aku tidak tertarik sama sekali untuk menggantinya, mungkin karena aku suka sesuatu yang menjamur dan lapuk dalam ingatan.

Suara Duta vokalis SOS menyapaku hangat, aku terhanyut dengan lagu demi lagu yang dia nyanyikan. Lagu lagu yang membawaku pada beberapa masa saat masih memakai putih abu sampai mengantarku pada masa masa menjadi sang maha siswa. Syair syair nya tetap relevan sampai sekarang mewakili tiap tiap kisah di hati dan pikiranku. Aku harus menarik dan menghembuskan nafas panjang berulang demi mengimbangi gejolak rasa karena teringat akan seseorang. 

Aku memanggilnya " mas " , hampir selalu tanpa disertai nama nya. Bagi perempuan jawa sepertiku, panggilan mas itu terdengar simple, dalam , privat  sekaligus mesra, begitulah aku merasakannya. Dan aku tau dia yang aku sayangi ini merasakan hal yang sama tiap aku memanggilnya. Lagu Pejantan Tangguh yang terdengar dari tv tua ku membuat bibirku melengkung membentuk seulas senyum. Begitulah dia dalam ingatanku, kerasnya dunia kerja yang harus dia jalani membuat nya tumbuh menjadi pribadi yang kuat dan tidak mudah menyerah. Tapi ada kala nya dia rapuh dan memerlukanku untuk bersandar saat dia harus sendirian tanpa orang orang kesayangannya. 

Mungkin dia seperti lelaki kebanyakan , yang tidak bisa sendirian di suatu tempat , yang membutuhkan seseorang untuk mengisi kekosongan saat dia jauh dari orang orang terkasih nya. Tapi aku tidak peduli. Aku menyediakan diri sepenuh hati , mendampinginya , mendengarkan keluh kesah nya , mengingatkannya untuk istirahat dan makan di sela kesibukan, mengenggam hangat jemari nya meski aku tau cepat atau lambat aku akan terluka. 

Sekarang dia sudah tidak lagi bersamaku, meski sesekali masih berkirim kabar, tapi semua tidak sama lagi. Sayup aku mendengar Duta mengatakan : "  yang di sini ataupun yang di rumah, yuk bareng bareng menyanyikan lagu ini , tapi gak boleh baper ya , yang di rumah nggak perlu mecahin piring piring " . Sontak aku tertawa kesal mendengarnya, tau saja si Duta kalau lagu yang ini membuat banyak orang merasa galau, termasuk aku. 

Syair syair lagu " Mudah Saja " ikut mengalun lirih dari mulutku.

Tuhan aku berjalan menyusuri malam,

Setelah patah hatiku,

Aku berdoa smoga saja ini terbaik untuk nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun