Kamu dan aku pernah bersama di jalan ini. Saat itu  senja rindu bertemu bumi, dan daun kering melayang berputar menyentuh helai helai rambutku. Entah apa yang dibisikkan angin padamu, karena setelahnya kamu tersenyum dan mengeratkan genggaman tanganmu padaku. Jangan pernah melepaskan tanganmu dariku, pintamu ketika itu seiring melodi yang mengiring tarian bunga bunga tebu.
Hari ini kamu dan aku kembali melewati jalan yang sama. Senja masih saja merindukan bumi, entah sampai kapan. Angin sepoi pun mempermainkan anak anak rambutku, dan membuat bunga bunga tebu menari berhamburan. Jalan yang sama dan senja yang sama.
Hanya saja kamu berjalan di ujung sana dan aku di ujung sini. Tidak ada lagi tangan kita yang saling menggenggam hangat, entah karena apa, aku lupa penyebabnya, mungkin bagian labirinku memang tidak di design untuk mengingat hal hal yang menyedihkan. Namun aku selalu ingat  senyummu, tidak juga aku lupa tatapan sayangmu.Â
Bisakah aku meminjam angin, untuk kembali membisikkan sesuatu padamu. Atau perlu kutiup putik putik kembang tebu, supaya berterbangan menyampaikan pesanku. Tersenyumlah, meski kita tak lagi bersama. Senjakala ini indah namun sunyi.